FPI MENYASAR SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA SETIA
Pada usianya yang ke 20 tahun, Sekolah Tinggi Teologia (STT) Setia tiba-tiba diprotes massa yang diboncengi Front Pembela Islam. Protes mengarah pada penolakan terhadap sekolah calon pendeta itu, dengan alasan pembangunan asrama baru yang tidak sesuai ijin peruntukan bangunan. Bahkan FPI sedang menghimpun suara warga dari lokasi STT Setia guna menolak kehadiran sekolah itu bukan semata soal asrama baru. Berikut laporan tim liputan KBR68H di Jakarta.
Sabtu siang, akhir pekan lalu, massa berjumlah seribuan orang berdemo di depan kampus Sekolah Tinggi Teologia STT Setia, di Jalan Kampung Pulo, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur. Mereka menuntut sekolah itu ditutup.
Di belakang aksi itu giat Front Pembela Islam, FPI. Mereka keberatan terhadap perkembangan sekolah belajar Alkitab itu. Wakil Komandan FPI Maman Suryadi mengatakan STT Setia menimbulkan kerawanan keamanan karena jumlah muridnya sudah sangat banyak.
Maman Suryadi: Pertama itu kerawanan keamanan karena jumlah mereka ini sudah mencapai di atas 7000 mahasiswa, mereka itu menganggu masyarakat sekitar dan juga keberadaan kampung pulo mayoritas muslim. Jadi sangat mengganggu, baik dari segi keamanan karena mereka nyanyi di malam hari sehingga masyarakat merasa terganggu. (Jadi ini bukan hanya persoalan penambahan gedung asrama tapi keberadaan sekolah itu sendiri) Iya betul.
Maman Suryadi menggertak, selain FPI, ada sekitar 1000 warga Kampung Pulo yang juga menolak keberadaan STT Setia. Jumlah itu kata Maman dipastikan akan terus bertambah, menyusul upaya FPI menghimpun warga dari dua RW lain agar turut menandatangani surat penolakan hadirnya sekolah calon penginjil itu.
Ini aneh. Pasalnya, Sekolah Tinggi Teologi Setia sudah 20 tahun berdiri di daerah itu. Dan selama itu, sekolah calon pendeta tersebut tak pernah bermasalah dengan warga sekitar. Baru belakangan muncul aksi teror. Dua hari sebelum aksi ribuan orang menggeruduk STT, muncul teror kekerasan. Pagar dan bedeng pembangunan pada malam hari dibakar orang. Seperti disampaikan Staf STT, Juwono.
Juwono: Ancaman bagi kita sudah biasa. Begitu juga bagi saya. Karena bagi saya ini merupakan bagian dari diskriminasi. Yang jelas mereka tidak suka kita ada di sini. Alasannya ya karena kita kristen dan sebagainya. Ini tahun ini kado kita yang ke 20 tahun. Karena selama ini biasa-biasa saja. Karena masyarakat di sini sebenarnya tidak ada masalah. Yang justru memprovokasi itu yang dari luar.
Hal senada juga dinyatakan Ketua STT Setia, Pendeta Mangentang. Dia menduga pihak luar membujuk warga setempat agar ikut berdemonstrasi menolak STT Setia.
Pendeta Magentang: Kami melihat hanya segelintir saja masyarakat kalau saja tidak ada provokasi atau tekanan dari luar saya pikir masyarakat kami di sana saling menerima, saling tahu keberadaan. (Dari masyarakat tidak ada penolakan) tidak ada sebenarnya, baru kali ini muncul, katakanlah sejak mereka tahu sudah ada ijin, mulai muncul mengatasnamakan masyarakat.
Kalau FPI menolak sekolah calon pendeta itu dengan alasan keamanan yang rawan, maka bukan begitu pendapat Camat Makassar Erik Pahlevi. Camat yang baru menjabat ini menilai persoalan muncul menyusul ijin pembangunan asrama baru.
Erik Pahlevi: Kita melihat ini masyarakat, dari warga sekitar. Jadi kita akan merespon lima poin yang diminta masyarakat untuk mengecek.Yang dimasalahkan itu perijinannya. Kita lihat dulu perijinannya dan itu masih tahap rapat, kita belum bisa tentukan perijinannya.
Namun menurut Ketua STT Setia, Pendeta Mangentang, semua persyaratan perijinan lembaga pendidikannya telah dipenuhi. Termasuk ijin mendirikan bangunan.
Pendeta Mangentang: Kami tinggal menunggu karena dari segi mana mereka mau panggil. Karena sudah semua prosedur sebagai lembaga pendidikan yang sah maupun juga prosedur perijinan bangunan semua kami urus. Jadi semua persyaratan-persyaratan lingkungan dari RT, RW sampai kelurahan kami sudah penuhi. Dan tidak ada masalah saya pikir. Kalau sudah dikasih IMB oleh aparat terkait saya kira semua yang menjadi persyaratan sudah kami lalui. Begitu ya.
Persoalan antara STT Setia dengan warga sekitar Kampung Pulo segera mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat. Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Departemen Agama Abdul Fatah menyatakan segera menggelar rapat koordinasi dengan Dirjen Bimas Kristen dan Pemda Jakarta. Tapi Abdul Fatah sudah mengatakan jika STT Setia melanggar perijinan, sekolah itu harus ditutup.
Abdul Fatah: Saya kira ini bukan persoalan bertengkar atau tidak, ini adalah persoalan yang asalnya perijinan. Jadi kita jangan lihat dari sisi pertengkarannya tapi hikmahnya. Saya melihat ini tidak hanya persoalan itu sekolah teologi atau bukan, ke depan kita dalam mengerjakan apapun juga syarat-syarat harus dipenuhi.
Abdul Fatah atau Erik Pahlevi, Camat Makassar tempat STT Setia berdiri, masih berkepala dingin. Keduanya tidak serta merta mengamini tuntutan menutup STT Setia. Mereka beranggapan masih banyak orang Indonesia yang memiliki tingkat toleransi tinggi ketimbang segelintir orang saja yang mempersoalkan sekolah berbau agama.
Tuntutan FPI ternyata juga tidak begitu saja dikabulkan. Seperti yang sudah-sudah front ini selalu tampil konfrontatif tanpa enggan menggunakan kekerasan. Bukan hanya soal STT Setia sekarang, tetapi juga dulu ketika meributkan Jaringan Islam Liberal JIL atau memprotes pemberitaan harian Kompas yang mereka anggap memojokkan Islam serta sweeping di bulan suci Ramadhan. Begitu getolnya menggunakan kekerasan, sampai orang tidak lagi melihat I pada FPI sebagai kependekan Islam.
Tim Liputan KBR68H melaporkan untuk Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum
Pengakuan Preman Yang Bertemu Tuhan (Harun Sapto)
10 years ago
No comments:
Post a Comment