Korupsi, Ketika Dosa Jadi Budaya
Korupsi saat ini sedang diperangi habis-habisan oleh pemerintah, hal ini terlihat dengan kerja keras Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Setiap hari dapat dilihat pemberitaan media tentang pengungkapan berbagai pihak yang melakukan korupsi. Dari anggota dewan yang terhormat, pejabat pemerintah, kasus suap menyuap antara pengusaha dan sistem birokrasi, bahkan hingga dunia pendidikan dan urusan remeh temeh seperti pengurusan KTP atau pemotongan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang seyogjanya dibagikan untuk orang miskin.
Korupsi bukan hanya dilakukan oleh mereka yang memegang jabatan atau juga bagi mereka yang istilahnya berada di tempat basah (menghasilkan uang-red). Korupsi seperti sudah membudaya di bangsa ini, disetiap sudut kehidupan dapat ditemui. Dari sekedar pungli (pungutan liar), birokrasi yang dipersulit, atau suap menyuap.
Budaya, berarti itu menjadi bagian dari kehidupan. Dan karenanya, hal itu dinikmati dan dilakukan oleh semua orang. Baik tua, maupun muda; Miskin maupun kaya. Bila ini berlanjut terus, apa jadinya bangsa Indonesia nantinya. Hal tersebut menjadi salah satu pemikiran pemerintah, terutama KPK. Untuk itu KPK pun meluncurkan sebuah program untuk mulai mengubah budaya korupsi ini, dimulai dari anak-anak.
KPK meluncurkan program ‘Warung Kejujuran" di beberapa sekolah sebagai proyek percontohan. Demikian sebuah kutipan wawancara seorang anak sekolah dengan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bidang Pencegahan, Haryono Umar yang ditayangkan di kpk.go.id tentang program ‘Warung Kejujuran".
"Apa KPK punya program untuk anak-anak Indonesia dalam rangka mendidik agar tidak menjadi koruptor di masa mendatang?
Tentu punya. Di antaranya, KPK membuat Warung Kejujuran di beberapa sekolah. Warung Kejujuran itu adalah warung tanpa penjaga. Di warung itu menjual macam-macam makanan, minuman, alat tulis dan lain-lain yang telah diberi label harga. Jadi kalau membeli suatu barang, uangnya letakkan sendiri. Kalau misalnya perlu kembalian juga ambil sendiri. Itu melatih kejujuran kita.
Adakah yang bisa dilakukan anak-anak Indonesia agar korupsi tidak terjadi lagi?
Tentu. Caranya, kita mencegah siapa pun agar tidak punya niat untuk korupsi. Kita juga bisa mendorong siapa pun agar dekat pada Tuhan sehingga jika mereka yang telah diingatkan mau korupsi, ingat pada Tuhan dan akhirnya tidak jadi korupsi.
Mulai juga dari diri sendiri. Jujur. Menyontek, menerobos lampu merah, itu termasuk korupsi. Katakanlah kepada orang tua, harus bawa uang halal. Jangan bawa uang korupsi yang haram. Lebih baik hidup sederhana daripada banyak uang, tapi hasil korupsi!"
Mencukupkan diri dan mengucap syukur untuk penghasilan yang diterima, itu sebuah resep yang akan menjauhkan seseorang dari pencobaan untuk korupsi. Dalam Alkitab diceritakan tentang orang-orang yang ingin dibabtis oleh Yohanes Pembabtis, diantara mereka ada pemungut cukai dan para prajurit yang bertanya tentang langkah pertobatan, dan inilah yang Yohanes Pembabtis katakan :
Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?"
Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu."
Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." (Lukas 3:12-14)
Banyak orang korupsi dikarenakan tidak bisa mengendalikan keinginannya. Mereka dikuasai oleh
keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup ( 1 Yohanes 2:16), yang akhirnya membawa mereka pada berbagai-bagai pencobaan.
Seperti yang dinyatakan oleh Haryono Umar diatas, "Kita juga bisa mendorong siapa pun agar dekat pada Tuhan sehingga jika mereka yang telah diingatkan mau korupsi, ingat pada Tuhan dan akhirnya tidak jadi korupsi." Kedekatan dengan Tuhan, membuat hati nurani terasah sehingga mengingatkan dan menjaga setiap orang yang percaya dan mengasihi-Nya untuk menjauh dari dosa.
Jadi kini saatnya kita ubah budaya, jangan jadikan korupsi dan dosa sebagai budaya. Tapi mari jadikan kejujuran, integritas, dan transparansi menjadi budaya bangsa ini.
Sumber : Jawaban.com/VM
Pengakuan Preman Yang Bertemu Tuhan (Harun Sapto)
10 years ago
1 comment:
bagaimana kalau kita revolusi
Post a Comment