Kotbah dari Indonesia Praise Center
Pendahuluan.
Baca Hagai 1: 1- 12!
Hukum fisika menyatakan bahwa energi tidak pernah musnah, hanya berubah bentuk. Kebenaran yang sama berlaku juga bagi kekayaan: Tidak pernah musnah, tetapi beralih tangan. Bahkan, dalam Depresi Besar, kekayaan pada dasarnya tidak hilang; hanya beralih pada mereka yang berada dalam posisi dapat mengambil keuntungan pada waktu itu. Dan, mereka yang diuntungkan tersebut adalah mereka yang tidak terlibat hutang dan mempunyai persediaan uang tunai. Pada waktu itu, perusahaan-perusahaan dibeli hanya seharga 10% dari nilai sebenarnya. Tanah di beli seharga sedollar per-acre dari mereka yang terjerumus dalam hutang.
Kita akan menghadapi gejolak ekonomi yang lebih besar daripada depresi besar. Mereka yang tidak mempersiapkan diri akan mengalami kehancuran. Tuhan menghendaki agar umatNya mempersiapkan diri menghadapi masa ini, tidak sekedar supaya mereka dapat bertahan atau menjadi kaya, tetapi demi Injil.
Sebagaimana Alkitab berjanji, kekayaan bangsa-bangsa akan dibawa kepada orang-orang yang melayani Tuhan.
Jadi, sekarang Tuhan sedang mempersiapkan jemaatNya menghadapi hal-hal yang akan datang. Tetapi sebelumnya ada suatu hal yang penting yang harus diperhatikan, yaitu masalah hutang-piutang.
Hutang merupakan kuk perbudakan yang memangsa sebagian besar orang dimuka bumi ini. Hampir disetiap pintu rumah yang kita lewati setiap hari terdapat kartu tagihan didalam kotak posnya. Percaya atau tidak, suatu bank di Denver, Colorado pernah mengumumkan suatu rencana untuk mengeluarkan kartu kredit bagi anak-anak berusia 12- tahun.
Alkitab tidak bermaksud menyatakan bahwa mempunyai uang itu salah. Bahkan, kenyataanya bahwa uang dapat merupakan salah satu karunia Allah kepada kita sebagai dinyatakan dalam 1 Timotius 6: 17: Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Namun, pertanyaan yang abadi adalah ini: Mengapa kita selalu kekurangan uang?
Kita diberi jawabannya dalam Hagai 1: 5- 6,
Oleh sebab itu, beginilah firman Tuhan semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!
Alkitab secara amat gamblang menggambarkan cara hidup sebagian besar orang. Mereka bergegas ke bank sepulang kerja pada hari jumaat petang untuk membayar cek yang ditarik beberapa hari sebelumnya. Jika kita secara konsisten menyadari bahwa kita tidak mempunyai cukup uang, pertimbangkanlah beberapa pertanyaan berikut ini:
Apakah saya menyalah gunakan atau melecehkan sesuatu yang telah Allah berikan kepada saya ?
Apakah saya memang membutuhkan lebih banyak lagi ataukah lebih tamak lagi?
Apakah saya melanggar prinsip-prinsip alkitabiah yang berkenaan dengan pengelolaan uang yang dipercayakan kepada saya?
Apakah saya, seperti yang ditulis oleh nabi Hagai lebih memperhatikan membangun rumah saya sendiri daripada rumah Allah?
Bila jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas adalah benar, tanggapan kita ialah bertobat. Pertobatan bukanlah sekedar menyesal karena kegagalan kita; pertobatan ialah mengubah jalan kita.
Definisi yang alkitabiah mengenai kemerdekaan keuangan tidak selalu berarti kekayaan.
Mengalami kesembuhan dalam keuangan:
I. Langkah pertama untuk mengalami kesembuhan keuangan ialah dengan memberi, bukan menerima
Bila kita merasa ngeri mendengar pernyataan ini, hal ini merupakan suatu bukti bahwa kita mempunyai luka yang harus disembuhkan. Apakah kita menahan uang yang seharunya diberikan kepada Tuhan?
Bolehkah manusia menipu Allah? Namun, kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau? Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai kelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur dipadang tidak berbuah bagimu, firman Tuhan semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman Tuhan semesta alam (Mal. 3: 8- 12).
Apakah kita diberkati secara keuangan hingga berlimpahan? Bawalah seluruh persepuluhan kerumah Tuhan. Hal ini berarti persepuluhan yang dihitung sebelum pajak. Setelah itu Ia menjanjikan suatu berkat yang besar sehingga kita tidak dapat menampungnya!
Banyak orang Kristen berpikir bahwa mereka tidak mampu untuk menggembalikan persepuluhan, tetapi sebenarnya mereka tidak mampu melawan keinginan untuk tidak memberikannya. Kebanyakan diantara kita tidak membutuhkan peningkatan penghasilan, tetapi lebih membutuhkan dihardiknya belalang pelahap. Tuhan berjanji tidak saja menghardik si pemangsa, tetapi juga membuka tingkap-tingkap langit. Inilah ayat satu-satunya dimana Allah mengizinkan kita untuk menguji Dia. Ujilah Dia adalam hal ini. Belum pernah seseorang yang dengan setia mengembalikan persepuluhan tidak memperoleh pengalaman mengenai kesetiaan Tuhan terhadap firmanNya.
Firman Tuhan dengan jelas menyatakan dimana kita harus mengembalikan persepuluhan: Dirumah perbendaharaanNya, yakni di gereja!
Beberapa orang merasa bahwa mereka tidak dapat mempercayai pemimpin-pemimpin gereja untuk mempergunakan uang tersebut dengan bijaksana, tetapi bila kita tidak dapat mempercayai pemimpin-pemimpin gereja untuk menangani urusan keuangan, betapa bodohnya kita karena mempercayakan jiwa kita kepada mereka (Baca Ibrani 13: 17). Tanggung jawab kita adalah mentaati dan biarlah Tuhan yang berurusan dengan mereka yang tidak bertanggung jawab. Namun demikian, bilamana pemimpin-pemimpin gereja menunjukkan tindakan-tindakan serius yang tidak bertanggung jawab dalam hal keuangan, kita harus mempertimbangkan bahwa mereka juga tidak mungkin mengawasi jiwa kita dengan baik.
Kita harus mengerti bahwa Allah tidak menghendaki uang kita. Seluruh dunia adalah milik Tuhan. Persepuluhan itu adalah demi kita bukan demi Dia!
II. Keluar dari situasi yang menjebak kita dalam soal keuangan
Ada tiga hal yang selalu menjebak seseorang dalam soal keuangan:
A. Pembelian yang impulsif (timbul dari dorongan hati)
Apapun yang kita lihat dalam iklan-ikaln surat kabar dan TV mendorong kita untuk membelinya. Carilah uang sebanyak mungkin! Namun, Salomo memperingatkan kita bahwa mata kita tidak pernah dipuaskan dengan kekayaan (Pengkotbah 4: 8). Pengkotbah 5: 10 melanjutkan, Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?
Berbelanja secara impulsif merupakan suatu gejala yang digambarkan oleh Salomo dari ayat-ayat tersebut.
B. Ketidakpuasan
Ketidakpuasan adalah penyakit yang tidak pernah merasakan kecukupan: Cukup pakaian, perabotan dan peralatan rumah tangga; baik jumlah maupun modelnya. Hal ini merupakan kelaparan yang tidak pernah terpuaskan untuk mendapatkan lebih dan lebih banyak lagi. Salomo kembali berkata, Enak tidurnya orang yang bekerja, bahkan ia makan sedikit maupun banyak, tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur (Pengk. 5: 11).
C. Kemalasan
Mungkin kita tidak pernah mempunyai cukup uang karena kita malas. Salomo kembali memperingatkan kita, Hai, pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya dimusim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas, berapa lam lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata (Amsal 6: 6- 11).
Pada ayat 7 sangat menarik: Biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya. Kata pemimpin disini dalam bahasa Ibraninya berarti komandan. Dalam pengertian ini, semut-semut secara naluriah mengetahui apa yang harus dilakukan, demikian juga seharusnya orang Kristen; orang tersebut tidak memerlukan sumber dari luar untuk memotivasi dirinya, karena ia termotivasi dari dalam. (Kadang-kadang seorang percaya mungkin memerlukan nasehat, tetapi tujuan kita selalu bersandarkan firman Tuhan dan jalan-jalan Allah dibangun didalam hati kita)
Perhatikan juga apa yang dikatakan Salomo mengenai tidur. Kita semua mempunyai kecenderungan melewati dan mematikan alarm jam untuk tidur beberapa menit lebih lama. Ayat diatas tersebut mengingatkan kita akan kecanduan terhadap kebiasaan ini. Apabila waktunya untuk bangun, bangunlah! Tuhan tidak memberikan kemakmuran kepada orang yang malas dan suka tidur.
Setelah anda membaca keseluruhannya, tolong ditentukan value (prinsip= nilai) dari perikop ini.:
Sebelum anda menentukan sebuah value, tentu anda harus menentukan purpose terlebih dahulu.
I. Purpose (tujuan) dari perikop ini: ____________________
III. Value dari perikop ini , sbb.:
Pengakuan Preman Yang Bertemu Tuhan (Harun Sapto)
10 years ago