Mengenal KITAB YOEL dan KITAB AMOS

KITAB YOEL
Wabah belalang yang melanda Kerajaan Yehuda seharusnya membawa kepada kesadaran dan pertobatan, karena akan datang hari penghukuman Tuhan yang lebih dahsyat daripada wabah tersebut. Kitab ini mengingatkan bahwa kepekaan untuk memahami peringatan Tuhan perlu terus ditumbuhkan.

Penulis dan Waktu Penulisan
Kita hanya memiliki sedikit catatan mengenai pribadi Yoel. Nama Yoel berasal dari Yo (Singkatan dari Yehovah = TUHAN) dan El (Allah). Jadi, Yoel berarti Tuhanlah Allah. Yoel memiliki pengetahuan yang cukup mendalam mengenai pertanian dan masalah wabah. Namun, pengetahuan semacam itu bukanlah jaminan bahwa dia seorang petani, mengingat bahwa pengetahuan semacam itu amat umum pada zaman itu. Sedangkan perhatiannya yang besar terhadap Bait Suci menunjukkan bahwa kemungkinan Yoel juga seorang imam.

Mengenai waktu penulisan kitab Yoel, ada tiga pendapat.
Pertama, kitab ini ditulis pada zaman Raja Yoas (835-796 SM). Alasannya, dalam kitab ini tidak disebutkan mengenai adanya raja yang memerintah. Nampaknya, para tua-tua (1:2) dan para imam (1:13) bertanggung jawab dalam kepemimpinan nasional. Dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yang cocok adalah masa Raja Yoas, mengingat bahwa Yoas menjadi raja saat masih berumur tujuh tahun dan dia memerintah di bawah bimbingan Imam Besar Yoyada (2 Raja-Raja 11). Gaya bahasa Yoel yang mirip dengan gaya bahasa Amos serta letaknya yang berada di antara kitab Hosea dan kitab Amos menimbulkan dugaan bahwa mereka hidup sezaman, sehingga memperkuat pandangan tradisional ini.

Kedua, kitab Yoel ditulis sesudah masa pembuangan. Alasannya, dalam kitab ini sebutan Israel tidak menunjuk kepada kerajaan Utara yang lama. Lagi pula, Yoel tidak menyebut mengenai Asyur, Aram, atau Babel. Kemungkinan hal ini disebabkan karena ketiga negara tersebut sudah runtuh. Yoel 3:2 (yang menunjuk kepada pembuangan Babel), penyebutan orang Yunani (3:6), serta kehidupan masyarakat yang berpusat pada ibadah di rumah Tuhan (di Yerusalem) tanpa menyebut tentang raja juga mendukung pendapat bahwa Yoel ditulis sesudah pembuangan. Pendapat semacam ini bisa ditemukan misalnya dalam buku Tafsiran Alkitab Masa Kini jilid 2.

Bagi penganut pendangan pertama, tidak disebutnya kerajaan utara bukanlah masalah karena Yoel menujukan nubuatnya bagi Kerajaan Selatan, bukan bagi Kerajaan Utara. Tidak adanya penyebutan nama seorang raja pun juga bukan masalah karena nabi-nabi yang lain (Obaja, Yunus, Nahum, dan Habakuk) juga melakukannya. Filistin (3:4), Mesir dan Edom (3:19) merupakan negara yang penting pada abad ke-9 SM, bukan sesudah pembuangan. Asyur dan Babel tidak disebut karena negara-negara tersebut belum menjadi negara besar pada saat itu. Yoel 3:2 menunjuk kepada nubuat masa depan yang belum terjadi. Sedangkan orang Yunani disinggung dalam catatan Asyur abad ke-8 SM.

Ketiga, kitab Yoel ditulis di antara kedua zaman di atas, yaitu pada zaman Yeremia, tepat sebelum jatuhnya kota Yerusalem. Salah satu alasannya adalah persamaan kitab ini dengan kitab Zefanya dan Yeremia. Pendapat ini bisa ditemukan misalnya dalam buku yang ditulis oleh W.S. Lasor, D.A. Hubbard, dan F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama jilid 2.
Walaupun latar belakang sejarah kitab Yoel tidak bisa ditentukan dengan pasti, kitab ini penting dan beritanya tetap bisa dipahami. Uraian singkat dalam penjelasan isi kitab Yoel ini didasarkan pada pandangan pertama.

Hari Tuhan dan Pentakosta
Istilah hari Tuhan memiliki bermacam-macam arti. Ada orang Kristen sering menyanyikan "hari ini harinya Tuhan. " Dalam nyanyian tersebut, hari Tuhan diartikan sebagai hari milik Tuhan atau hari yang seharusnya dipersembahkan untuk Tuhan. Dalam Alkitab, istilah hari Tuhan tidak dipakai dalam pengertian semacam itu. Sebenarnya, nyanyian di atas dibuat berdasarkan Mazmur 118:24. Konteks ayat itu menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hari Tuhan ayat tersebut adalah hari kebangkitan Tuhan Yesus (Paskah).

Dalam kitab Yoel, istilah hari Tuhan menunjuk kepada hari penghukuman. Dalam 1:15; 2:1,11, istilah hari Tuhan menunjuk kepada tulah belalang yang menimpa penduduk Yehuda. Dalam 2:31, istilah hari Tuhan "yang hebat dan dahsyat" menunjuk kepada saat penghakiman pada akhir zaman. Dalam 3:14, istilah hari Tuhan menunjuk kepada suatu saat tertentu yang dekat di lembah penentuan, tetapi kedahsyatan yang dilukiskan (matahari dan bulan menjadi gelap, bintang hilang cahayanya) menunjuk kepada saat penghakiman pada akhir zaman.
Rasul Petrus mengatakan bahwa pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta memenuhi nubuat nabi Yoel mengenai hal-hal yang terjadi menjelang hari Tuhan (Kisah Para Rasul 2:16-21; bandingkan dengan Yoel 2:28-32). Yang menarik, rincian peristiwa pencurahan Roh Kudus yang diuraikan dalam peristiwa Pentakosta (Kisah Para Rasul 2) tidak persis sama dengan uraian peristiwa yang terjadi menjelang hari Tuhan yang diuraikan nabi Yoel. Hal ini menimbulkan dua konsekuensi. Pertama, peristiwa Pentakosta dengan semua tanda yang menyertainya merupakan peristiwa yang unik, sehingga tidak bisa diharapkan untuk terus berulang. Kedua, hari Tuhan masih menantikan waktu penggenapannya pada akhir zaman.
Pesan Kitab Yoel

Pertama, pada saat mengalami musibah, kita perlu introspeksi diri. Seringkali Allah memakai musibah untuk menyadarkan kita, agar kita bertobat dan berbalik mengikuti jalan Allah. Allah membiarkan bangsa Yehuda mengalami musibah belalang untuk mengingatkan orang Yehuda akan hukuman yang dahsyat yang akan datang kelak pada hari Tuhan.

Kedua, Allah menguasai sejarah. Semua yang terjadi dalam hidup kita tidak terjadi di luar kendali Allah, melainkan diizinkan Allah untuk menggenapkan kehendak dan rencana-Nya, sehingga musibah seharusnya membuat kita semakin tunduk dan bersandar kepada Allah.

Ketiga, kita memerlukan Roh Kudus yang dijanjikan Allah bagi setiap orang percaya. Namun, sadarilah bahwa manifestasi Roh Kudus dalam diri kita bersifat unik, tidak sama bagi setiap orang. Jangan mengharapkan berulangnya pengalaman orang lain dalam hidup kita.
Penerapan


Pertama, bila kita mengalami musibah, jangan menyalahkan Allah. Sebaliknya, kita perlu bertanya apa maksud Allah melalui semua musibah yang kita alami.

Kedua, bila kita mengalami musibah, tetaplah bersandar kepada Allah. Yakinlah bahwa Allah berkuasa dan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya, walaupun yang terbaik itu mungkin merupakan sesuatu yang terasa menyakitkan.


Ketiga, saat menantikan datangnya hari Tuhan, kita memerlukan Roh Kudus yang menjadi penolong bagi kita dalam menjalani kehidupan ini.


Mengenal Sekilas
KITAB AMOS
Amos melayani pada zaman yang makmur. Perdagangan berkembang dan wilayah kerajaan Utara (Israel) diperluas pada zaman raja Yerobeam II. Namun, ketamakan dan ketidakadilan juga merajalela pada saat itu. Keagamaan munafik yang menggantikan penyembahan yang benar menimbulkan rasa aman yang palsu dan kekerashatian terhadap pendisiplinan Allah. Kelaparan, kekeringan, wabah, kematian, dan kehancuran tidak membuat mereka bertobat.

Penulis dan Waktu Penulisan
Sebutan Amos berasal dari kata Ibrani amas yang berarti mengangkat atau menanggung beban. Jadi, nama Amos berarti beban atau penanggung beban. Amos adalah seorang peternak domba dan pemungut buah ara hutan dari Tekoa, sebelah tenggara Yerusalem (1:1; 7:14). Tekoa merupakan daerah pedusunan yang tandus di sebelah Barat Laut Mati.

Amos adalah seorang pekerja keras. Pengalamannya tercermin dalam ungkapan-ungkapannya (3:4,5,12; 5:8,19; 9:9). Walaupun latar belakangnya sederhana, Amos mendapat pendidikan yang baik tentang Kitab Suci. Dia tidak pernah mengikuti pendidikan dalam sekolah nabi, namun dia diangkat Tuhan menjadi seorang nabi. Dengan berani dia mencela dosa dan menggambarkan dekatnya hukuman Allah untuk membuat bangsanya bertobat. Kepekaannya terhadap masalah moralitas dan keadilan jelas terlihat, namun tegurannya terhadap kerohanian orang Israel tidak diterima dengan terbuka, terutama karena dia seorang dari Kerajaan Yehuda (7:12).

Amos bernubuat pada zaman raja Uzia (Azarya) di Yehuda (791-739 SM, 24 tahun pertama bersama ayahnya, Amazia, dan memerintah sendiri mulai tahun 767 SM), dan dalam zaman raja Yerobeam II di Israel (794-753 SM, 13 tahun pertama bersama Yoas, ayahnya, dan memerintah sendiri mulai 781 SM). Pada tahun 751 SM (atau 750 SM), Yotam mulai memerintah bersama dengan Uzia. Mengingat bahwa Yotam tidak disebut dalam 1:1, kemungkinan Amos melayani sebelum masa pemerintahan bersama tersebut, sehingga pelayanannya adalah sekitar tahun 767-750 SM. Petunjuk adanya gempa bumi pada zaman Uzia (1:1) disebut pula pada Zakharia 14:5, namun hal ini tidak memberikan petunjuk waktu yang jelas. Amos 7:11 menunjukkan bahwa Yerobeam II belum meninggal saat Amos menuliskan kitab ini. Menurut perhitungan Astronomi, gerhana matahari (8:9) terjadi pada 15 juni 763 SM.

Pada masa raja Uzia di Kerajaan Yehuda, negara makmur dan jaya. Uzia membangun benteng Yerusalem dan menaklukkan bangsa Filistin, Amon, dan Edom. Sedangkan raja Yerobeam II di Kerajaan Israel juga memerintah dengan cakap. Kondisi ekonomi dan militer hampir ideal, tetapi kemakmuran menumbuhkan materialiSMe, kemerosotan moral, dan ketidakadilan. Itulah sebabnya bangsa Israel sulit membayangkan malapetaka yang dinubuatkan oleh Amos yang terlaksana beberapa puluh tahun kemudian, saat bangsa Asyur menghancurkan Kerajaan Israel.
Kelaparan Mendengar Firman Allah

Kemakmuran dan kesenangan duniawi membuat bangsa Israel mengabaikan peringatan yang diberikan oleh nabi Yoel. Namun, sikap "tidak merasa memerlukan Firman Allah" ini akan berubah saat mereka menghadapi kesukaran pada masa depan. Dalam keadaan terdesak, akan muncul kelaparan untuk mendengarkan Firman Tuhan (8:9-14).

Kondisi seperti itu terus berulang dalam sejarah. Saat keadaan kita makmur, tidak ada masalah yang tidak bisa kita atasi, kita mudah terlena dan tidak bersungguh-sungguh mencari Firman Allah. Saat situasi mencekam, seperti paska kerusuhan Mei 1998, orang lebih bersungguh-sungguh mencari Tuhan. Gereja dan persekutuan doa menjadi penuh.

Pesan Kitab Amos
Pertama, kemakmuran tidak identik dengan tidak ada masalah. Kemakmuran justru memunculkan tantangan berat berupa gaya hidup berdosa yang mengabaikan kehendak Allah.

Kedua, Allah tidak tinggal diam ketika melihat dosa. Sebagai pencipta dunia ini, Dia berwewenang untuk menghukum dan menghakimi semua bangsa yang berdosa, termasuk umat pilihan-Nya sendiri. Setiap orang harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya terhadap sesamanya.


Ketiga, Allah menginginkan terjadinya keadilan sosial. Pemerasan terhadap orang yang lemah atau miskin, kecurangan, serta moral yang bobrok mendapat teguran keras. Allah menginginkan sikap hidup yang baik, adil, dan benar.

Keempat, Allah membenci dosa dan kemunafikan, namun Dia tetap mengasihi umat-Nya yang berdosa. Dia mengumumkan penghukuman, Dia juga memberitakan mengenai pemulihan di masa depan.

Penerapan
Pertama, bila kita sedang makmur, berhati-hatilah. Banyak godaan yang timbul justru saat kita sedang makmur. Kita harus tetap rendah hati dan menyadari bahwa kita senantiasa memerlukan Allah. Jangan sampai kita menjadi hamba materi agar kita tidak terjerumus dalam sikap yang hanya mencari keuntungan sendiri tanpa mempedulikan sesama.
Kedua, dosa harus dibereskan. Jangan terlena dengan dosa yang nikmat. Ingatlah selalu bahwa Allah membenci dosa dan dosa selalu mendatangkan hukuman Allah. Jangan menyalahgunakan anugerah Allah dengan terus berbuat dosa. Sebaliknya, sepatutnya anugerah Allah yang telah kita terima itu membuat kita tidak mau menyakiti hati Allah dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Ketiga, hubungan dengan sesama yang mengungkapkan kesaksian hidup Kristen amat penting. Kita harus menyadari bahwa seorang Kristen tidak boleh hanya hidup bagi diri sendiri, melainkan harus meneladani Tuhan Yesus dengan memperhatikan dan menolong sesama. Janganlah relasi kita ditentukan oleh "untung-rugi". Kita harus berprinsip bahwa hidup kita harus senantiasa menjadi berkat bagi orang lain.
Keempat, kita harus menjauhkan kehidupan yang munafik. Iman kita harus terwujud dalam perbuatan kita. Iman kita janganlah "iman hari minggu", melainkan harus mewujud secara nyata dalam kehidupan setiap hari.