Pemimpin Awam Kristen (Lay Leaders)
Written by Jeffri Massie
Artikel yang ditulis oleh Jeffri Massie (ICF Columbus, 1997) ini memaparkan apa itu konsep lay leader (pemimpin awam) dan bagaimana kita melayani Tuhan bukan hanya lewat profesi keagamaan (misalnya jadi pendeta) saja, tetapi lewat berbagai profesi (dari politkus, pedagang, sampai ke ibu rumah tangga). Artikel ini sangat bagus untuk menantang kita mencari panggilan Tuhan dalam hidup kita.
Title: Pemimpin Awam Kristen (Lay Leaders)
Speaker: Jeffri Massie
Date: Jun 28, 1997
Source: ICF Columbus Pemimpin Awam Kristen untuk Membawa Kemuliaan bagi Kristus. Jeffri Massie (ICF-Columbus Fellowship, June 28, 97)
I. Introduction
II. Pengertian Laymem
III. Sebab hilangnya peran Laymen
III.a. di Gereja
III.b. di Masyarakat
IV. Peran Laymen dalam kerajaan Allah
V. Pentingnya mengejar peran kita dalam kerajaan Allah
Kira-kira 3 bulan yang lalu, seorang teman bertanya pada saya, "Jeff, kenapa kamu nggak jadi pendeta aja?". Mungkin dalam pikiran teman ini Jeffri sekarang kan melayani Tuhan dan kalau masih mau melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh setelah lulus, yah jadi pendeta dong. Memang saya ingin sekali tetap sungguh-sungguh melayani Tuhan setelah lulus, tapi bukan sebagai pendeta. Sambil bercanda saya bilang, "Kalau saya jadi pendeta, nanti melayani Tuhan cuma hari Minggu aja. Sedangkan kalau saya bisnis, saya bisa melayani Tuhan hari Senin-Sabtu, bahkan ditambah hari Minggu kalau saya ikut dalam pelayanan di gereja." Bayangin deh kalau semua orang yang serius melayani Tuhan memilih jadi pendeta, dunia kita hari Minggu akan begitu mulia dan kehendak Allah dinyatakan di hari itu. Seakan-akan dunia jelas milik Tuhan. Sedangkan pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dunia ini beserta dengan orang-orang Kristen di dalamnya dikuasai oleh kehendak Setan. Pada saat ini pandangan orang Kristen tentang pelayanan kepada Tuhan begitu terbatas pada peran pendeta atau disebut dengan istilah ‘full timer’. Seolah-olah pelayanan kepada Tuhan hanya dapat dilakukan di gedung gereja atau di persekutuan. Hal ini menyebabkan pandangan bahwa yang paling banyak menyediakan waktu untuk gereja atau persekutuan, dialah yang paling sungguh-sungguh dan pantas melayani Tuhan. Sebaliknya, orang yang menggunakan waktu dan tenaganya dalam dunia yang bukan rohani adalah ‘orang Kristen kelas 2’. Pandangan yang tidak tepat Pandangan yang tepat
GOD GOD
| |
Full-timer Clergy Laity
|
Umat Allah Akibat dari pandangan bagi kita sebagai mahasiswa dan nanti sebagai professional worker, adalah kita melemparkan peran dan tanggung jawab rohani kepada pendeta. Misalnya di gereja kita menyanyi dan memuji Tuhan, mengaminkan kasih, keadilan, dan kedamaian. Sedangkan di luar gedung gereja atau sering disebut dengan ‘dunia sekuler’ orang Kristen mengikuti standard kehidupan yang lain. Hal ini disebabkan kita telah membagi dunia ini menjadi ‘dunia rohani’ dan ‘dunia sekuler’. Bisa dibilang, kita memperbolehkan Tuhan menguasai kehidupan kita di ‘dunia rohani’, tetapi Tuhan jangan ikut campur dalam ‘dunia sekuler’. Dunia ini diciptakan oleh Allah dan adalah milik Allah. Kejadian 1 dan 2 menceritakan bagaimana Allah menciptakan bumi dan segala isinya. Allah melihat semuanya itu baik. Dalam I Korintus 10:26 firman Tuhan berkata, "Bumi beserta segala isinya adalah milik Tuhan". Di hari ke-6 Allah menciptakan manusia dan memberi manusia tugas, "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kejadian 1:28). Manusia diberi tugas untuk menguasai bumi dan segala isinya bagi Tuhan. Tetapi kemudian manusia malah jatuh dalam dosa dan dunia dikuasai oleh kuasa-kuasa gelap. Rasul Paulus menyebutkan, "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12). Tetapi Allah begitu kasih, Tuhan Yesus datang ke bumi untuk menyelamatkan manusia dan memulihkan perannya dalam bumi ini. "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil" (Markus 1:15). Dalam Lukas 11:20, Tuhan Yesus bahkan berkata, "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Alah sudah datang kepadamu." Kerajaan Allah yang dimaksud oleh Tuhan adalah suatu keadaan di bumi ini di mana kuasa dan kehendakNya terjadi dan berkuasa.
Manusia yang telah ditebus dan dipulihkan dari kejatuhan dosanya kembali memiliki peran dan tanggung jawab untuk menguasai kembali bumi ini, menjadikan kehendak Tuhan yang terjadi. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk berdoa dalam Doa Bapa Kami, "…jadilah kehendakMu terjadi di bumi seperti di sorga…". Semenjak gereja yang mula-mula terbentuk, orang-orang Kristen mulai menjalankan kembali peran ini. Orang-orang Kristen tetapi mengalami banyak penolakan dan aniaya, sampai suatu saat agama Kristen dijadikan agama resmi kekaisaran Roma. Tetapi kemudian budaya Roma yang begitu hierarki dalam struktur kekuasaannya mempengaruhi gereja dengan kuat sehingga gereja kemudian juga memiliki hierarki yang berlapis-lapis dengan Paus sebagai yang tertinggi dan kaum awam yang terendah. Kaum awam Kristen ini dianggap begitu rendah sehingga mereka tidak boleh memiliki Alkitab. Seolah-olah peran dan tanggung jawab rohani dipegang semuanya oleh pendeta-pendeta tinggi saja. Inilah kemudian salah satu alasan Martin Luther mengajukan protesnya dan mendeklarasikan keselamatan sebagai anugerah Allah dan mengembalikan peran kaum awam Kristen dalam dunia ini. Kemudian, kita ingat jaman teologi di Eropa di mana segala hal didasarkan akan Tuhan. Universitas-universitas didirikan di Eropa dengan dasar teologi. Teologi menjadi pelajaran wajib bagi seluruh mahasiswa. Pelajaran lainnya seperti Business, Engineering, Art, dll. menjadi pelengkap dan sebagai aplikasi dari teologi itu dalam dunia karir. Tetapi kemudian sejarah memasuki masa renaissance di mana manusia tidak mau lagi percaya kepada Tuhan dan mengunggulkan rasionya sendiri untuk mengerti segala sesuatu yang terjadi di bumi ini. Pada saat ini, teologi kemudian hanya menjadi salah satu bagian dari apa yang diajarkan di universitas. Ketuhanan yang tadinya sebagai dasar dari segala sesuatu kemudian menjadi salah satu pilihan dan lahir sebagai suatu ‘industry’ sendiri bahkan sampai sekarang ini. Kerajaan Allah memang telah ada di bumi ini sejak kedatangan Tuhan Yesus, tetapi kerajaan itu belum genap sampai seluruh kehendak Allah terjadi di bumi ini. Menurut Malcolm Brownlee, Kerajaan Allah mempunyai sifat keadilan, kasih, dan damai sejahtera. Siapakah yang Tuhan tugaskan untuk menguasai bumi ini dan menjadikan kehendakNya terjadi di bumi seperti di sorga? Manusia tentunya, sejak awal ia diciptakan. Hal ini tidak akan terjadi bila kaum awam Kristen hanya berdiam diri membiarkan dunia dan kegelapannya berkuasa di hari Senin - Sabtu dan bahkan mengikuti arusnya. Allah tidak hanya menginginkan kerajaanNya dan kehendakNya terjadi di hari Minggu di mana pendeta-pendeta memberikan kotbah dan umatNya duduk sopan mendengarkan. Ia ingin KerajaanNya hadir secara mutlak di segala hari dan di setiap aspek kehidupan manusia. Hal ini termasuk dalam gereja, dunia karir, bisnis, keluarga, pemerintahan, dan dunia sehari-hari lainnya. Tidak lagi dunia ini dipisahkan sebagai dunia rohani dengan dunia sekuler, tetapi bumi ini dan segala isinya milik Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan tidak memanggil setiap orang Kristen untuk menjadi pendeta atau ‘full timer’ di gereja. Tetapi Tuhan memanggil setiap orang Kristen untuk menjadi ‘full timer’ di dunia ini dalam setiap peran kehidupannya entah sebagai engineer, businessman, artist, dll. Tuhan Yesus berkata bahwa Ia mengirim kita seperti domba di tengah-tengah serigala. Ia juga mengatakan bahwa kita sebagai garam dan terang di dunia ini. Semuanya ini untuk menguasai kembali dunia ini dan mengenapkan Kerajaan Allah di bumi milik Tuhan.
Kitalah kaum awam Kristen itu, diberikan talenta yang besar dengan kecukupan, pengetahuan, ketrampilan untuk membawa dampak bagi Kerajaan Allah dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan sendiri. Di masa-masa persiapan memasuki dunia karir dan keluarga di Amerika ini, masing-masing dari kita perlu memperlengkapi diri dengan baik dalam iman, ilmu, karakter dan pengertian akan maksud Tuhan atas diri kita masing-masing dalam pelayanan di dunia ini. Sejak Desember 1994 s/d akhir Mei 1995 saya off dari kuliah saya di Texas dan bekerja di perusahaan papa saya di Jakarta. Perusahaan di Jakarta ini baru didirikan 1 tahun sebelumnya dan merupakan cabang dari pusatnya di Manado. Saya dipercayakan untuk memimpinnya beserta dengan staff-staff lainnya. Tentunya saat itu saya masih sangat muda dan belum mengerti akan hubungan dunia kerja dengan dunia rohani saya walaupun saya beragama Kristen dan ke gereja setiap hari Minggu. Saya melihat sendiri bagaimana karyawan-karyawan kecil diperas tenaga, waktu dan mentalnya untuk kekayaan perusahaan. Gajinya saya disain sedemikian rupa sehingga gaji tetapnya begitu kecil walaupun ditambah dengan bagian gaji lainnya supaya perhitungan Tunjangan Hari Raya pun menjadi kecil sekali karena didasarkan Gaji Tetap. Hal ini juga berlaku bagi staff lainnya. Selain tidak adil, saya pun memperlakukan mereka tanpa kasih sama sekali. Pernah karyawan yang kedapatan tidur saya bentak keras, karyawan yang kedapatan melakukan kesalahan saya langsung pecat tanpa belas kasihan thd. Keluarganya juga. Seringkali staff saya tuntut untuk lembur sampai malam, menguras energi fisik dan mentalnya sehingga merekapun tidak sempat memberi waktu terhadap istri, anak, dan bahkan TuhanNya melalui devosi pribadi.
Walaupun dalam 6 bulan saya berhasil meningkatkan omset penjualan 2 kali lipat, saya menghasilkan orang-orang yang depresi karena ketidakadilan, tanpa kasih, dan tanpa damai sejahtera. Tapi hebatnya, saya dan papa saya dengan senyum bangga dan suci mempersembahkan persepuluhan kepada gereja atas hasil pendapatan perusahaan. Sesungguhnya hal ini adalah hal yang umum terjadi di dunia yang akan kita masuki nanti, terutama di kalangan orang Kristen yang memisahkan kehidupan rohaninya dengan kehidupan sekulernya. Saya mengucap syukur bahwa Tuhan kemudian memberikan saya 2 tahun di Columbus untuk menemukan kembali peran saya dalam kerajaan Allah dalam profesi sebagai bisnisman Kristen di dunia milik Tuhan ini. Saya beritikat untuk memberi dampak yang positif bagi kemuliaan Tuhan dalam profesi dan orang-orang yang Tuhan percayakan di sekitar saya. Saya ingin menghadirkan kerajaan Allah dalam pekerjaan saya nanti dan menjadikan kehendak Tuhan terjadi. Misalnya, tentu Allah tidak menghendaki karyawan diperlakukan dengan tidak adil karena Allah sendiri adalah Allah yang adil. Allah juga menuntut agar setiap orang dikasihi, termasuk diperlakukan sebagai seorang ciptaan Allah yang dikasihi oleh Tuhan Yesus sendiri. Juga menghadirkan damai sejahtera bagi orang-orang di sekitar saya. Hanya dalam 1 tahun terakhir saya menggunakan waktu saya untuk menemukan dan mempelajari peran dan tanggung jawab saya nanti serta cara aplikasinya, saya iri dengan teman-teman yang masih punya 3-5 tahun lagi. Jangan buang waktu-waktu ini, hal ini tidak dapat ditemukan dan diciptakan dalam waktu yang singkat. Semuanya ini harus dikejar dan dipelajari, apalagi untuk menghadapi tantangan yang begitu besar di Indonesia. Di Alkitab banyak contoh-contoh umat awam (bukan full-timer di gereja/bait Allah) yang membawa dampak kemuliaan bagi Allah dan berperan besar dalam KerajaanNya.
Politikus: Daud, Salomo, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, Yusuf
Pedagang: Abraham, Ayub
Petani: Habel
Engineer: Nehemia, Ayub
Tukang kayu: Yusuf, Yesus
Pegawai Negeri: Zakius setelah bertobat
Ibu: Maria, Naomi, Ibunya Musa
Istri: Esther
Prajurit: Joshua di bawah Musa
dan lain-lain.
(Jeffri Massie)
Pengakuan Preman Yang Bertemu Tuhan (Harun Sapto)
10 years ago
No comments:
Post a Comment