Misa Natal di Sumberpakem Gunakan Injil Berbahasa Madura


Misa Natal di Sumberpakem Gunakan Injil Berbahasa Madura


Nomor 165 Ayem Tentrem :

Sadaja pekker klaban krenana
Kagem Gusti se sabhar tor tresna
Se nyapura sadaja dusa
Marengana o dhi se samporna
E pojia Gusti Alla Rama...



Itulah beberapa bait pujian dalam Kitab Injil berbahasa Madura. Agaknya sudah menjadi tradisi dan warisan dari perintis Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Pasamuan Sumberpakem Kecamatan Sukowono Jember Jawa Timur untuk melaksanakan Misa Natal pada Selasa (25/12) besok dengan menggunakan Kitab Injil berbahasa Madura.Pendeta GKJW Sumberpakem Sapto Wardoyo mengatakan, penggunaan puji-pujian dengan menggunakan bahasa Madura di gereja tersebut sudah dilakukan semenjak tahun 1882 silam.Saat itu didaerah Jember mayoritas daerah perkebunan yang dikelola oleh bangsa Belanda. Agar bisa lebih mudah mengajak warga Madura masuk beragama Kristen, maka digunakanlah metode penyesuaian dalam menyebarkan agama Kriseten. Salah satunya menggunakan bahasa Madura."Kitab Injil berbahasa Madura ini dicetak di Belanda pada tahun 1882 dan merupakan satu-satunya di Indonesia. Bahkan kitab serupa di daerah Madura sepertinya tidak memiliki," kata Pendeta Sapto Wardoyo saat ditemui usai Kebaktian, Minggu (23/12). Beberapa baris pujian dari judul ayat nomor 165 Ayem Tentrem itu diantaranya ; Sadaja pekker klaban krenana, Kagem Gusti se sabhar tor tresna, Se nyapura sadaja dusa, Marengana o dhi se samporna, E pojia Gusti Alla Rama...
Selain berbahasa Madura, dalam Kitab Injil itu juga termuat sejumlah gamar-gamar yang menceritakan kehidupan umat Kristen masa lalu.Pendeta Sapto juga mengatakan, saat itu perintis Injil berbahasa Madura bebarengan dengan dibangunna gereja tersebut warga
kebangsaan Belanda yakni Pendeta DR Esyer.Tradisi menggunakan bahasa Madura itu juga diikuti oleh dua gereja terdekat tersebut yakni di daerah Slateng dan Sumberjambe."Dulu di Gereja Madura Kabupaten Bondowoso pernah menggunakan bahasa Madura, tapi sekarang tidak lagi," ujarnya.Dengan penggunaan bahasa Madura dalam setiap kebaktian dan dilakukan secara bergilir pada hari-hari tertentu itu hingga kini jemaat gereja tersebut tetap banyak yakni ada sekitar 200 jemaat lebih. (p juliatmoko)