Tadi malam saya pergi ngelayat ke rumah duka, seorang teman sedang berdukacita karena ditinggal pergi ayahanda tercinta. Ayahandanya masih muda, sekitar empat puluh limaan, masih kuat bekerja, rajin beribadah dan sangat sayang kepada istri dan anak-anaknya. Hal yang paling menyedihkan teman saya ini adalah beberapa hari lagi dia akan melangsungkan pernikahan dengan pasangannya. Almarhum ayahandanya sebelumnya sudah memberi restu dan sangat mendukung pernikahan ini. Saya dan teman-teman menyampaikan turut berdukacita dan berharap penghiburan yang dari Tuhan Yesus menjadi miliki mereka.
Sebenarnya sudah tiga minggu ini ayahandanya dirawat di rumah sakit. Menurut dokter penyakit yang dideritanya adalah komplikasi dari beberapa penyakit, antara lain:
- pembengkakan kantong empedu,
- ginjal bermasalah,
- paru-paru infeksi (mengeluarkan nanah).
Sewaktu pertama kali mendengar ayahnya sakit,
saya sangat heran, kok bisa seperti itu sakitnya?
"Emang ayah kamu perokok berat ya?"
"Nggak!"
"Suka minum-minuman keras?"
"Nggak!"
"Selama ini ada keluhan?"
"Nggak ada! Baik-baik aja, sehat-sehat aja tuh.!"
"Lho kok bisa sakitnya seperti ini?"
"Kata dokter, ini akibat cara hidup yang gak benar di masa lalu!"
"n@g#)&67z!"
***
Sahabat, keadaan kita hari ini atau apa yang kita alami hari ini, merupakan hasil dari apa yang telah kita lakukan jauh-jauh hari sebelumnya.
Ada orang yang hidupnya hari ini dililit oleh hutang,
mungkin sebelumnya telah melakukan hal berikut:
- gaya hidup yang jauh di atas pendapatan,
- tak pernah menabung,
- hidup konsumtif,
- salah mengatur keuangan,
- ... dll
Ada orang yang walau telah berusaha, tapi sampai hari ini tidak
memperoleh pekerjaan, mungkin dulu telah melakukan hal berikut:
- malas belajar or berkreasi,
- tidak menambah skil,
- tidak mengembangkan talenta yang ada,
- ingin di belakang meja ogah bekerja kasar,
- ... dll
Ada juga yang masih jomblo sampai hari ini, karena mungkin dulu:
- terlalu memilih,
- perfeksionis,
- pasang kriteria terlalu tinggi,
- menutup diri gak bergaul,
- ... dll
Pointnya adalah:
Apapun yang kita lakukan di masa lalu, kita akan
menuai hasilnya hari ini atau besok atau lusa.
***
Sahabat, kita tak pernah dapat mengubah apa yang telah kita lakukan diwaktu yang lampau. Seandainya saya dapat melakukan "perjalanan waktu", saya ingin mengulang kembali perjalanan hidup saya yang dulu, untuk melakukan beberapa koreksi dan perbaikan. Saya ingin mengatur ulang hidup saya supaya hasilnya tak seperti sekarang ini!
Tapi itu hanya mimpi, tak mungkin terjadi!
***
Lalu apa yang harus kita lakukan?
1. Sekali lagi, kita harus benar-benar menyadari bahwa semua yang kita terima atau terjadi pada kita hari ini adalah tuaian dari apa yang telah kita tabur di masa lalu. Kesadaran ini harus benar-benar tertanam dalam hati, supaya kita tidak menjadi kecewa dengan apa yang akan kita alami diwaktu yang akan datang, dan lalu ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan.
Sepanjang kita datang kepada Tuhan Yesus mengakui segala dosa dan perbuatan dosa yang telah kita lakukan, dan bertobat daripadanya, maka pengampunan-Nya menjadi miliki kita.
(I Yohanes 1:9)
Tapi kita tetap harus menuai dari apa yang telah kita lakukan!
Sebagai contoh:
Daud mengakui dosanya dihadapan Tuhan, karena membunuh Uria dan meniduri istri
Uria. Tuhan mengampuni Daud, tetapi Daud tetap menuai hasil taburannya:
- anak hasil selingkuhannya mati,
- Daud dipermalukan,
- anaknya laki-laki memperkosa anaknya perempuan,
- anaknya memberontak,
- anaknya saling bunuh.
2. Karena kita tak dapat mengubah masa lalu, maka kita harus melakukan hal-hal baik hari ini, demi memperoleh tuaian yang baik pula di masa yang akan datang.
Banyak sekali "taburan baik" yang dapat kita lakukan hari ini, contoh:
- bekerja sungguh-sungguh,
- kembangkan talenta,
- mencintai pasangan dengan sungguh-sungguh,
- menabung,
- sampaikan Firman Tuhan kepada orang-orang,
- hidup benar,
- menabur keramahan dan kepedulian,
- ... dll
3. Berharaplah kepada Bapa di sorga yang memberi pertumbuhan kepada apa yang kita tabur, dan percayalah bahwa untuk segala hal baik yang kita lakukan, kita juga yang akan menuai segala hal baik daripadanya.
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
Galatia 6:7-9
***
Tidak menabur maka tidak akan menuai.
Menabur sedikit maka tuaiannya pun tak banyak.
Rajin menabur maka tinggal tunggu waktu saja dibanjiri oleh tuaian.
Dan untuk setiap tuaian, maka bukan hanya kita saja yang
akan 'menikmatinya', tapi juga suami, istri, anak, bahkan cucu.
Sebab itu taburlah yang baik, dan jangan tunda!
Tuhan Yesus memberkati.
Putra Hulu
Pengakuan Preman Yang Bertemu Tuhan (Harun Sapto)
10 years ago
No comments:
Post a Comment