OSLO, SENIN - Fakta bahwa lapisan es kutub utara mungkin mencair seluruhnya pada puncak musim panas tahun ini merupakan bukti efek pemanasan global yang tidak dapat dicegah. Karena itu, organisasi lingkungan World Wildlife Fund (WWF) mendesak komitmen baru untuk mengatasi perubahan iklim segera disepakati.
WWF menyatakan hasil pemantauan terakhir menunjukkan bahwa saat ini luas lapisan es di kutub utara telah berada pada titik terendah kedua sepanjang sejarah. Pada puncak musim panas, kutub utara bisa saja benar-benar bebas es jika laju mencairnya es tak dapat dicegah.
"Jika Anda menghitung berdasarkan laju pencairan itu, mungkin luas lapisan es tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sejak pemantauan dilakukan," ujar Martin Sommerkorn, penasihat senior iklim program Arktik WWF.
Ia mengatakan, tahun ini mungkin untuk pertama kalinya perairan Arktik dapat dilalui kapal dengan bebas di musim panas. Es mungkin benar-benar mencair sepenuhnya termasuk di daerah Northwest Passage di Amerika Utara dan Northeast Passage di Rusia yang selama musim panas biasanya masih terhubungkan es.
Pusat Data Salju dan Es AS menunjukkan luas laisan es berada pada titik terendah kedua sepanjang sejarah pada awal September 2008. Luas lapisan es masih mungkin terus berkurang hingga musim panas berakhir.
Bulan lalu, ilmuwan dari Universitas Trent Kanada melaporkan bahwa beting es seluas Kota Manhattan pecah dan terlepas dari Pulau Ellesmere yang ada di Arktik bagian utara. Hal tersebut menunjukkan menipisnya lapisan es sehingga tidak kuat menopang seluruh bagian beting es.
"Hal tersebut juga menjadi tanda bahwa spesies seperti beruang kutub sedang menghadapi pengaruh negatif akibat perubahan iklim," ujar Sommerkorn. Perubahan ini juga berdampak pada penduduk yang tinggal di sekitar Arktik yang sebagain hidupnya tergantung pada keberadaan beruang kutub.
Lapisan es di Arktik mengalami dinamika sepanjang tahun, mencair saat musim panas dan kembali membeku di musim dingin. Sebagain kawasan Arktik memang berupa lautan beku yang dikelilingi daratan di sekitarnya.
Dari tahun ke tahun, laju pencairan es lebih tinggi daripada laju pembekuannya kembali. Artinya semakain banyak cairan yang dilepaskan dari kutub utara ke lautan lepas sehingga turut menyumbang kenaikan muka air laut di seluruh dunia.
Berkurangnay luas laisan es juga turut meningkatkan suhu atmosfer. Sebab, es lebih banyak memantulkan cahaya Matahari daripada menyerap seperti air laut.
"Jika es hilang, perairan Arktik akan menyerap lebih banyak panas sehingga menambah pemanasan global," ujar Sommerkorn. Pemanasan global tak hanya dihadapi Arktik namun juga seluruh wilayah di permukaan Bumi.
Dengan alasan itu, WWF mendesak pembicaraan mengenai kesepakatan baru berbagai negara untuk mengatasi perubahan iklim harus dipercepat. Protokol Kyoto yang sekarang menjadi pegangan bersama akan berakhir tahun 2012. Kesepakatan baru untuk melakukan langkah lebih baik harus dapat disepakati seusia rencana pada konvensi yang akan digelar di Kopenhagen, Denmark, pada Desember 2009.
No comments:
Post a Comment