Perumpamaan tentang seorang penabur

tanggal Kotbah : Jan 27, 2008
Pengkhotbah: Pdt. Budy Setiawan
Nats Alkitab: Matius 13:1-17

13:1.Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.
13:2.Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
13:3 .Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.*
13:4. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.*
13:5.Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.*
13:6.Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.*
13:7.Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.*

13:8.Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.*
13:9.Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"*
13:10.Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"
13:11.Jawab Yesus:"Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.*
13:12.Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.*
13:13. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.*
13:14. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.*
13:15.Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.*
13:16.Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.*
13:17.Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.*

Hari ini kita memasuki bagian besar yang ke-tiga dari kitab Matius, yaitu ajaran Kristus melalui perumpamaan-perumpamaan. Ini merupakan cara pengajaran yang berbeda dari Kristus, sampai murid-murid-pun bertanya kepada-Nya, “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” (ayat 10) Ini adalah pertanyaan yang bijak. Mereka baru sadar ada yang berbeda, sebelumnya Yesus mengajar secara straight-forward, meski ada perumpamaan-perumpamaan singkat seperti “engkau garam dunia” – ini sebetulnya adalah metafora, tetapi sekarang Yesus mengajar dalam parables. Perumpamaan adalah cerita, yang biasanya diambil berdasarkan kehidupan sehari-hari, yang mana dari situ ada ditarik pesan moral atau pengajaran-pengajaran penting.

Cerita atau perumpamaan atau ilustrasi biasanya digunakan untuk menegaskan tentang suatu hal/pesan. Dan biasanya pesan tersebut bukanlah pesan yang asing bagi kita, kita sudah tahu akan hal tersebut, tapi kemudian ditegaskan kembali melalui penyampaian cerita. Itulah kekuatan sebuah perumpamaan. Inilah yang Yesus lakukan, Dia menyampaikan cerita yang sederhana, yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari rakyat, akan tetapi melaluinya Dia menegaskan suatu pengajaran yang menusuk masuk ke dalam jiwa manusia, membongkar hati manusia. Nanti di bagian selanjutnya kita akan melihat bagaimana ketika Yesus menyampaikan satu perumpamaan, orang-orang Farisi yang ada di situ menjadi sangat marah. Mereka marah karena mereka sadar bahwa Yesus sedang menyindir mereka dalam cerita yang disampaikan. Tuhan Yesus adalah the master of storytelling.

Satu hal lagi yang spesial dari perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus yang berbeda dengan cerita-cerita atau ilustrasi-ilustrasi yang ada dan dipakai di zaman sekarang ini, yaitu ada unsur bukan untuk menjelaskan akan tetapi justru untuk menutupi. Menutupi apa? Menutupi berita yang sesungguhnya. “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun mereka melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.” (ayat 13) Jadi ada unsur misteri dari perumpamaan; misteri karena tidak dibukakan kepada semua orang. Hanya dibukakan kepada orang-orang tertentu, umat pilihan-Nya.

Tuhan Yesus memberi contoh tentang hal dibukakan dan ditutupi tersebut melalui perumpamaan Dia yang pertama, yaitu tentang penabur ini. Ketika dia menabur di ladang, ada sebagian benihnya yang jatuh di pinggir jalan, mungkin jalan setapak, yang seketika dimakan burung. Lalu ada lagi yang jatuh di tanah yang tipis, seperti dijelaskan di sini, di tanah yang berbatu-batu. Di Palestina ada banyak tanah seperti ini, yaitu di bagian bawahnya batu-batu yang keras, dan di atasnya ada lapisan tanah yang tipis. Karena tipis, benih yang jatuh bisa langsung tumbuh, akan tetapi tidak mengakar dengan kuat sehingga ketika tumbuhannya kena terik matahari, dia menjadi layu dan kering. Yang ketiga, benihnya jatuh di tanah yang penuh dengan semak duri. Di sini tanahnya tidak tipis, melainkan gembur, sehingga benih dapat tumbuh dengan baik, akan tetapi sembari dia tumbuh semakin besar, dia juga semakin dihimpit oleh semak duri yang ada di situ. Pada akhirnya dia kalah kuat dan mati terhimpit. Selanjutnya, benih macam yang ke-empat. Dia jatuh di tanah yang baik, tidak ada halangan, sehingga dia boleh tumbuh, berakar dan menghasilkan buah seratus kali lipat.

Ini adalah cerita yang biasa saja. Cerita yang sehari-hari. Kemungkinan besar para pendengar juga bisa mengindentifikasikan diri mereka dengan sang penabur ini; mereka memiliki pengalaman yang sama dengannya perihal taburan mereka yang bisa jatuh di macam-macam tempat - ada yang tumbuh ada yang terbuang. Akan tetapi pengalaman ini diceritakan lagi secara jelas oleh Tuhan Yesus. Lalu terus bagaimana? Bagaimana reaksi orang-orang yang mendengar?

Mungkin sebagian orang yang setelah mendengar berkomentar “Ya sudah… lalu apa lagi? Ini cerita biasa saja. Kita juga sudah tahu koq. Apa yang spesial dari cerita ini?” Dengan sikap tidak tertarik dan tidak perduli mereka pergi. Inilah percis menggambarkan sikap dari benih macam yang pertama, yang jatuh di pinggir jalan.

Tanah ini menggambarkan empat macam respons dari manusia. Respons mereka terhadap Firman Tuhan menentukan apakah mereka itu sebetulnya hidup atau mati.

Ini adalah permulaan dari serangkaian perumpamaan-perumpamaan yang sangat penting sekali. Empat macam tanah menggambarkan tentang empat macam hati manusia, bagaimana kita bereaksi terhadap Firman yang diberitakan kepada kita.

Ada perkataan, “What is man?” Lalu ada yang membalas dengan, Man is what he eats, atau Man is what he does, atau Man is what he owns, dan seterusnya. Bisa macam-macam. Sebaliknya menurut Firman Tuhan, dan seturut dengan bagian ini, Pak Tong menjelaskan bahwa Man is how he reacts before God. Apakah manusia itu? Manusia adalah bagaimana dia boleh berespons kepada Tuhan yang berfirman kepada dia. Ini menentukan siapakah manusia itu sendiri. Apakah dia manusia yang hidup atau yang mati di hadapan Tuhan?

Benih yang ditabur semuanya adalah benih yang baik. Benih boleh diartikan sebagai Firman Tuhan. Dan Yesus adalah penabur benih – benih yang hidup, benih kebenaran. Akan tetapi benih itu bisa jatuh di pinggir jalan, dan seketika itu juga iblis datang dan langsung merebutnya dari hati manusia. Ada sebagian orang-orang yang setelah mendengar Firman Tuhan mereka pergi karena mereka tidak mengerti. Tapi ada sebagian yang lain lagi yang justru menanyakan apa maksudnya dari pesan tersebut. Inilah murid-murid Tuhan yang sejati, dan dari sana baru Tuhan Yesus mulai mengajarkan dan membuka rahasia tersebut bagi mereka – rahasia yang sangat penting yang menentukan akan hidup dan matinya manusia.

Ini merupakan peringatan bukan hanya kepada orang sekuler, tapi juga orang-orang yang datang ke gereja. Mereka datang, duduk, tapi tidak sungguh-sungguh mendengar. Badan ada di dalam sini, tapi hati dan pikiran ada di luar. Seringkali juga orang-orang berpikir bahwa bahasan Alkitab tidak lagi relevan bagi kehidupan di dunia sekarang ini. Mereka senang memilih-milih antara bagian Alkitab yang ingin mereka dengar dan yang ingin mereka anggap lalu saja. Hati-hati, justru bahayanya adalah mungkin sekali hidup mereka yang tidak lagi relevan dengan kebenaran yang dipaparkan di dalam Firman Tuhan.

Selanjutnya, macam tanah yang kedua adalah tanah yang berbatu-batu. Ini menggambarkan seseorang yang menjadi penuh sukacita dan gairah ketika baru mendengar Firman Tuhan. Responsnya sangat positif seketika itu juga. Dia menjadi tersentuh dengan berita yang baru saja didengar dan menjadi bertobat. Biasanya orang macam ini adalah mereka yang sedang ada dalam masa kesulitan, lalu seketika mendengar berita Firman rasanya seperti ada harapan, seperti menemukan solusi untuk keluar dari masalahnya dan langsung menjadi berapi-api. Akan tetapi peringatannya di sini adalah, apabila dia tidak berakar, atau hanya memiliki akar sedikit saja, maka ketika ada kesulitan atau penderitaan lagi datang, maka dia akan meninggalkan imannya.

Zaman sekarang ini banyak kelihatan gereja-gereja karismatik yang besar – yang banyak jemaatnya. Ada satu pendeta yang populer sekali karena mungkin ceritanya seru dan cara bicaranya fasih. Namun lama kelamaan ada orang-orang yang berkomentar bahwa mereka menjadi sangat bosan dengan kotbahnya, karena bolak balik pendeta tersebut mengkotbahkan tentang hal yang sama – ujung-ujungnya selalu seputar kesembuhan atau kesuksesan. Yang seperti ini, di luar kelihatannya bagus tapi di dalam tidak ada akar. Sehingga apabila ada kesulitan datang, orang-orang macam tanah yang kedua ini dapat mudah sekali kecewa dan kehilangan pegangan.

Macam tanah yang ketiga adalah tanah yang penuh semak duri. Ini berbeda dengan tanah yang kedua yang tanahnya payah, di mana tanah ketiga ini adalah macam tanah yang lebih subur. Benih dapat tumbuh dengan sehat, akan tetapi semakin dia tumbuh semakin dia mengalami kesulitan untuk berkembang dengan bebas dan besar karena adanya terlalu banyak persaingan – ada banyak semak duri yang lain yang juga tumbuh menghimpit dia. Semak duri yang digambarkan di sini melambangkan kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan. Hal-hal tersebut menghimpit pertumbuhan Firman sehingga tidak berbuah, dan lama-lama menjadi mati.
Tidak aneh apabila kita juga bisa jatuh ke dalam golongan macam tanah ketiga ini. Kita orang yang pintar, saking pintarnya jadi ada terlalu banyak hal yang dipusingkan, terlalu banyak hal yang ingin dikerjakan. Bermacam-macam hal ini menarik-narik hati kita sehingga kita kehilangan fokus. Semak duri yang kita biarkan ikut tumbuh di dalam hati kita dapat menghambat pertumbuhan iman.


Setelah menerangkan tentang ketiga macam tanah yang buruk ini, Yesus menutup dengan macam tanah yang keempat yang menjadi nasihat bagaimana seharusnya kita berespons terhadap Firman. Ada tiga yang negatif, hanya satu yang positif. Sekali lagi ini menggambarkan, bahwa memang benar ada banyak yang menolak Injil. Namun ada sebagian yang betul-betul mendengarkan Firman, dengan tanah yang sudah dipersiapkan dan sudah gembur, hati yang sudah dikerjakan oleh Roh Kudus; seketika Firman ditebar, hati mereka siap menerima.
Ini semua bisa terjadi hanya karena anugerah semata. Roh Kudus yang mengerjakan dan menggemburkan hati kita. Sehingga pada saat benih Firman jatuh di tanah yang sudah dipersiapkan dengan baik tersebut, maka benih itu bisa berakar, bertumbuh dan berbuah beratus kali lipat – buah-buah yang berkenan bagi Tuhan. Ini adalah buah Roh Kudus, yang boleh dikatakan sebagai satu buah dengan sembilan rasa: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22-23).
Juga dikatakan jumlahnya berbeda-beda, ada yang seratus kali, enam puluh, tiga puluh kali lipat. Ini berarti buah-buah Injil yang dihasilkan menjadi benih-benih yang bisa dipakai lagi. Sebagian bisa dimakan, sebagian bisa tumbuh lagi untuk menjadi pohon yang baru. Inilah panggilan Tuhan bagi hidup kita – hidup menghasilkan buah-buah Injil.

Ringkasan oleh: Elisa Soerjono

No comments: