DOA dan PUASA
oleh: Ir. Herlianto, M.Th.
DOA dan PUASA saat ini makin populer di Indonesia, apalagi situasi krisis nasional yang belum terlihat kapan akan berhenti membuat kekuatiran manusia menjadi-jadi. Bagi manusia beriman, doa dan puasa makin belakangan ini makin banyak dipraktekkan dengan harapan Tuhan mendengar doa-doa mereka dan pendoa dilepaskan dari kemelut krisis itu.
TENTANG DOA
Majalah Newsweek pernah memuat artikel menarik hasil angket yang berjudul "Is God Listening?" (31 Maret 1997) dengan sub judul yang berbunyi "Banyak orang Amerika berdoa setiap hari sekalipun tidak ada yang tahu mengapa hanya beberapa yang dijawab." Hasil angket itu menarik untuk disimak, soalnya disebutkan disitu bahwa dalam doa-doa mereka yang disurvai, 82% menyebut mereka meminta kesehatan dan sukses, 75% meminta kekuatan, 73% berharap doa bisa menjawab kebutuhan mereka bila ingin mencari pekerjaan., dan 79% percaya Tuhan akan memberikan mujijat kesembuhan bila mereka berdoa. Jadi, kenyataannya doa-doa cenderung merupakan sarana "meminta-minta untuk diri sendiri." Benarkah doa-doa demikian?
Dari terang angket di atas kita dapat memastikan bahwa maraknya aktivitas dan gerakan Doa dan Puasa akhir-akhir ini di Indonesia akan lebih banyak berorientasi bagaimana pendoa bisa dilepaskan dari krisis yang berkepanjangan dan bagaimana usaha mereka bisa bangkit dan untuk berbisnis kembali. Lebih-lebih, dalam ajaran "kemakmuran" yang menekankan "berkat Tuhan sebagai bukti iman" tentu doa-doa yang tidak berkeputusan itu ditujukan bagaimana berkat itu bisa mengucur kembali kepada mereka dan tidak seperti kucuran pinjaman IMF yang diterima Indonesia yang sifatnya sedikit-demi-sedikit!
Menarik untuk dismak, mengapa masyarakat Kristen yang mulai gandrung kembali mengikuti persekutuan-persekutuan doa dan kemudian ibadat-ibadat doa, doa kuasa dan doa puasa sejak tahun 1960-an dan kini diperluas memasuki jaringan doa secara nasional, tetapi kekristenan malah makin dipersulit, gereja-gereja makin banyak dihancurkan dan banyak yang dibakar, dan bahkan ada bukit doa yang dihancurkan massa? Ada dua kemungkinan jawabannya, pertama adalah doa-doa itu begitu manjur sehingga banyak orang bertobat dan menjadi Kristen sehingga menimbulkan kemarahan pihak lain, dan kedua, mungkin doa-doa itu seperti angket Newsweek di atas cenderung berisi permintaan yang bersifat mencari selamat dan keuntungan diri sendiri tetapi kurang ditekankan dalam mengingatkan diri sendiri dan jemaat Kristen untuk bertobat dari segala dosa KKN dan menjadi "surat-surat Kristus" di tengah-tengah masyarakat.
Kelihatannya kemungkinan pertama tipis, karena dari banyak pengamatan diketahui bahwa pertambahan kwantitas pemeluk Kristen tidak berarti tetapi faktanya memang pertumbuhan jumlah gereja-gereja baru dan persekutuan-persekutuan meningkat luar biasa, jadi yang terjadi bukan pertumbuhan gereja tetapi perpindahan jemaat. Kemungkinan kedua memang lebih besar karena faktanya gerakan-gerakan doa cenderung dimotori oleh orang-orang yang berpandangan iman vertikalis (keselamatan pribadi) dan bahkan ekstatis yang cenderung mengejar kuasa (berjatuhan), mujizat (kesembuhan dan berkat) dan sensasi (tertawa-tawa & kesurupan) dalam kehidupan kristiani. Ini jelas terbukti dari dipopulerkannya "doa menuntut" (ajaran kemakmuran) yang cenderung narsistik isinya sedangkan doa penyadaran tentang dosa-dosa pendoa dan jemaat yang korup, kolusi dan nepotis jarang diucapkan!
Tepat seperti yang dikatakan nabi Yesaya bahwa: "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga ia tidak mau mendengar, ialah segala dosamu." (Yes.59:1-2).
Tepat juga kritik Tuhan Yesus yang mengatakan: "Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga." (Mat.7:21).
Memang tidak salah kalau doa-doa ditujukan untuk pertobatan orang lain atau suku-suku terasing, tetapi doa juga harus ditujukan untuk orang-orang yang sudah menerima firman agar mereka bertobat dan taat akan kehendak Allah yang diperintahkan dalam firmanNya. Rasul Paulus berdoa syafaat agar "doa bukan sekedar untuk mengenal Tuhan tetapi supaya kita berakar dan berdasar di dalam kasih." (Efs.1:15dst.;3:14dst.), rasul Yakobus mengingatkan bahwa "doa adalah salah kalau meminta untuk memuaskan diri" (Yak,4:3), rasul Petrus mengemukakan doa harus ditujukan untuk "hidup dalam kasih dan menjauhi dosa." (I-Pet.4:7-8), dan rasul Yohanes mengingatkan bahwa "doa kita hanya dikabulkan bila meminta sesuai dengan kehendak Tuhan." (I-Yoh.5:14).
Tuhan Yesus memberikan contoh "doa Bapa Kami" yang terkenal itu (Mat.6:9-13) yang berisi:
Pertama, pujian akan kekudusan Tuhan, Kedua, permohonan agar kerajaannya (dengan umat yang taat) dan kehendakNya (untuk ditaati) berlaku di bumi ini. Ketiga, permintaan akan berkat makanan yang secukupnya (bukan berkelebihan) dan agar kita diampuni dosanya (bertobat) dan agar kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita (kasih). Keempat, permintaan agar dilepaskan dari pencobaan (seperti godaan harta, band. Mat.6:19-21) dan kejahatan (seperti KKN tentunya). Kelima, pujian akan kuasa dan kemuliaan Tuhan.
Dari terang pembahasan di atas, jelas doa-doa tidak akan ada artinya dan tidak akan didengar Tuhan bila pendoa masih korupsi, kolusi maupun nepotis, dan tidak melakukan kehendak Allah melainkan masih melakukan dosa-dosa pribadi maupun sosial lainnya.
TENTANG PUASA
Agar doa-doa lebih mantab dan berkhasiat banyak orang cenderung berdoa dengan puasa atau melakukan "doa puasa", tetapi dengarkanlah suara nabi Yesaya mengkritik doa puasa yang hanya bersifat ritual dan lahiriah:
"Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah roti bagi orang yang lapar dan membawa kerumahmu orang miskin yang tidak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!" (Yes.58:6-7)
Jadi umat beriman tidak ada artinya kalau melakukan puasa secara lahir tetapi tidak mengasihi sesamanya, dengan kata lain tidak ada artinya berpuasa kalau ia tidak menolong sesamanya yang lapar, miskin dan telanjang. Tidak ada artinya doa puasa seorang pengembang Kristen bila ia menggusur rumah-rumah orang miskin, tidak ada artinya dan doa puasa seorang pengusaha selama ia masih menggaji buruhnya dibawah standar atau pabriknya membuang air limbahnya disungai yang mengotori tambak hidup orang lain, demikian juga tidak ada artinya doa-puasa para pengusaha yang merengut dengan berhektar-hektar lahan petani untuk bergembira ria bermain golf.
Masa kini doa-doa dan doa-doa puasa sudah dijadikan hajat nasional oleh banyak orang Kristen dan tidak sedikit sumbangan dana para konglomerat masuk dalam usaha-usaha doa dan doa-puasa demikian. Sudah tiba saatnya dalam era reformasi nasional di tanah air ini, kita meningkatkan doa-doa dan doa-puasa menjadi langkah praktis untuk juga mentobatkan para konglomerat (termasuk donor) dan mengingatkan agar mereka lepas dari yang jahat yang merupakan praktek-praktek KKN masa lalu yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Sudah tiba saatnya jemaat, pendeta dan gereja mengingatkan diri sendiri dan gerejanya untuk kembali dengar-dengaran akan kehendak Allah dan melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari dalam kasih, kebenaran dan keadilan, karena itulah doa-doa dan doa-puasa yang sebenarnya!
Amin!
Pengakuan Preman Yang Bertemu Tuhan (Harun Sapto)
10 years ago
No comments:
Post a Comment