Mengapa Kita Membutuhkan Perjanjian Baru?(Pdt. Dr. Stephen Tong)

Pdt. Dr. Stephen Tong
1 April 2001

Ibrani 8:7-13
Penulis Ibrani menelusuri P.L. dan menemukan ada banyak imam besar yang pernah masuk ke tempat Mahasuci dengan membawa darah untuk menebus dosa dirinya sendiri dan dosa umat Israel, tapi semua itu hanyalah bayang-bayang, karena realitanya bukan di bumi melainkan di sorga.

Penulis Ibrani mengatakan, bukankah ketika Musa di gunung dia pernah diingatkan oleh Tuhan bahwa kemah perhimpunan harus dibangun seturut ukuran yang telah dinyatakan kepadanya dengan penuh kewibawaan Tuhan: api dan asap mengelilingi gunung, bunyi sangkakala terdengar sampai ke tempat yang jauh, sehingga baik manusia maupun binatang yang mendekati gunung itu akan mati. Dengan hati yang gentar dan takut mereka menanti Musa turun dari sana, membawakan Taurat kepada mereka. Ukuran kemah perhimpunan bukan ditetapkan oleh manusia melainkan ditetapkan oleh Allah sebagai lambang dari pelayanan yang real di sorga. Demikian juga pelayanan kita di bumi harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau kita melayani dengan kemauan, rencana, antusias diri dan api dunia ini, pelayanan kita tak mungkin berkenan kepada Tuhan.

Seperti kedua anak Harun, yang pada hari dilantik menjadi imam melayani dengan api biasa, Tuhan murka, langsung menurunkan api dari sorga untuk menghanguskan mereka, anak-anak imam besar yang begitu mulia. Mengapa begitu? Karena Allah tidak boleh dipermainkan. Apa bedanya api dunia dan api yang Tuhan inginkan? Perhatikan, sejak tiga ribu lima ratus tahun yang lalu, Alkitab sudah menuliskan, minyak yang dipakai untuk menyalakan lampu di Bait Allah tidak lain adalah minyak zaitun. Sampai di abad ke-20 ini, barulah manusia menemukan minyak zaitun adalah minyak yang paling sedikit mengeluarkan asap, paling suci. Terbukti bahwa Allah tidak pernah berbuat salah.

Apakah P.L. akan berlalu? Jawabannya: ay.13, bukan saja akan berlalu bahkan akan menjadi tidak berguna. Mengapa P.L. yang diberikan oleh Tuhan bisa menjadi tidak berguna? Inilah yang diperdebatkan oleh orang Kristen yang berpegang pada P.B. dan orang Yahudi berpegang pada P.L. Orang-orang Yahudi yang berpegang pada P.L. tidak mau menerima Yesus, tidak mau menerima P.B., tidak memperdulikan pengajaran Paulus tentang salib, Injil Kristus, hanya mau kemah dan persembahan-persembahan yang diajarkan P.L., padahal P.L. hanya merupakan lambang dari pada realita yang ada di sana.

P.B.lah yang mewujudkan kehendak Allah di bumi bagai di sorga. Ibr.8:7-l3 mempersiapkan kita memahami mengapa kita membutuhkan P.B. (ay.7). Mengapa P.L. yang berasal dari Allah dikatakan bercacat, orang Yahudi tidak bisa menerima statemen itu. Karena bagi mereka statemen itu adalah penghinaan bagi kebudayaan dan Alkitab mereka. Memang, manusia selalu menganggap apa yang dia miliki adalah yang paling sempurna. Terlebih orang Yahudi, mereka pikir, Taurat yang mereka miliki langsung diberikan oleh Allah Abraham, Ishak dan Yakub.

Mengapa P.L. disebut bercacat? Mengapa hanya berpegang pada P.L. saja masih kurang cukup? Perhatikan: P.L. diberikan sesudah manusia berbuat dosa, sebagai pencegahan sementara, agar manusia menyadari bahwa dosa yang mereka lakukan adalah pelanggaran terhadap Tuhan. Sama seperti dokter memberikan obat pada orang yang sudah jatuh sakit untuk menyembuhkan penyakitnya bukan untuk memperkuat hidupnya. Begitu juga dengan Taurat di P.L. diberikan untuk mencegah kesombongan manusia yang telah jatuh di dalam dosa bukan untuk menyelamatkan mereka. Jika Adam tidak berdosa, Allah tidak perlu memberikan Taurat kepada manusia. Itu sebabnya Paulus berkata, Taurat adalah tambahan; berada di luar rencana Tuhan yang asli. Jika perjanjian yang pertama tidak bercacat, tidak dibutuhkan perjanjian yang kedua.

Yang dimaksud dengan perjanjian yang pertama adalah P.L. dan perjanjian yang kedua adalah P.B. Semua orang condong tidak mau mengakui bahwa apa yang dia miliki adalah lama, karena orang selalu menganggap apa yang dia miliki valid sampai selama-lamanya. Namun sesungguhnya, tidak ada teori, kebenaran yang manusia temukan valid untuk selama-lamanya, kecuali firman Tuhan. Jika demikian, apakah P.L. itu firman Tuhan? Ya. Apakah Taurat itu firman Tuhan? Ya, firman yang bersifat tambahan, yang berada di luar rencana Allah yang asli. Itu sebabnya, rencanaNya yang asli lebih penting dari pada Taurat yang bersifat tambahan maupun kemah perhimpunan yang hanya dipakai sebagai lambang.

Yang penting bukanlah yang ada di bumi melainkan yang ada di sorga: jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. Karena kehendak Allah yang di sorga adalah kehendak yang original, eternal, immortal. The original planning of God is eternal degree in heaven, rencana Allah yang kekal adalah dasar P.B. Jika demikian, bolehkah kita cukup puas dengan darah domba lembu saja? Tidak.

Karena darah binatang tingkatannya lebih rendah dari pada manusia, mana mungkin dapat menyelesaikan masalah dosa kita? Jadi lembu dan domba itu mewakili siapa, Yohanes pembaptis pernah berseru: behold the lamb of God, domba Allah yang original. Dengan begitu, P.L. bukanlah yang asli, hanya diberikan pada masa darurat sebagai pencegah, P.B.lah yang asli, yang kekal, yang bisa memberikan manfaat maksimal bagi kita. Tuhan berkata kepada Israel, saatnya akan tiba, Aku akan mengikat janji yang baru, yang lain dari pada janji-janji yang lama. Janji yang lama adalah janji yang mana? Janji yang Kuikat dengan nenek moyangmu saat mereka keluar dari Mesir. Saat itu, mereka mempunyai intelek iman, relasi dengan sumber bijaksana --- Allah sendiri, tapi status mereka sangat rendah: budak, Tuhan mengingat janjiNya dengan nenek moyang mereka dan membebaskan mereka. Tapi P.L. hanyalah lambang. Bait Allah dan kemah perhimpunan maupun pelayanan imam-imam hanyalah lambang dari pada realita yang ada di sorga, bahkan pelepasan Israel dari

Mesir juga merupakan Lambang. Lambang apa? Tuhan membebaskan manusia dari kuasa dosa. Tahukah saudara, di antara nabi-nabi P.L. hanya seorang nabi yang menubuatkan datangnya P.B.? Siapakah dia? Yeremia.

Dia menaruh kesedihan yang besar, karena orang Israel tidak takut kepada Tuhan, terus menerus hidup di dalam dosa, membanggakan diri akan Bait Allah megah yang mereka memiliki, maka katanya, jangan kamu berkata di dalam hatimu: inilah Bait Allah, inilah Bait Allah. Karena Tuhan berfirman, suatu hari nanti, Bait Allah Salomo yang megah ini akan diruntuhkan, dibakar habis. Mereka marah sekali, mereka tidak suka pada nabi yang hanya mengutuki bukan memberkati. Karena Yeremia adalah nabi yang mulutnya penuh dengan kutukan, teguran, orang Israel tidak segan-segan memasukkan Yeremia ke dalam sumur yang kering selama puluhan hari, hanya diberi sedikit makanan. Yeremia tetap mengingatkan: jangan berkata di dalam hatimu kami adalah anak-anak Tuhan, Dia tak mungkin membiarkan gerejaNya dibakar. Adakah kata-kata Yeremia didengar? Tidak, tapi the word of God has the value of itself does not depend on your reception

Filsafat Axiologi mengkatagorikan nilai dalam:
1. Interest theory --- nilai ditentukan oleh orang menyukainya atau tidak maksudnya, barang itu sendiri tidak mempunyai nilai, pasarlah yang menentukan nilainya.
2. Existence theory - the value is in itself. Di dalam iman Kristen, wahyu kebenaran Tuhan tidak mengikuti faham interest theory melainkan existence theory. Yeremia boleh disiksa, tapi Tuhan membuktikan bahwa apa yang dikatakannya benar. Dia adalah satu-satunya nabi yang menubuatkan Israel akan ditawan, dibuang selama tujuh puluh tahun.

Tak lama kemudian Yeremia mati. Orang Israel didatangi dan dikepung oleh Nebukadnezar, barulah saat itu mereka sadar, perkataan Yeremia benar sementara perkataan nabi-nabi lain palsu adanya. Hamba Tuhan yang sejati adalah hamba Tuhan yang mengatakan kata-kata dari Tuhan tanpa kompromi. Orang Israel sadar tapi sudah terlambat, hanya bisa menyesal. Apa itu menyesal? Sudah terlanjur membayar harga yang cukup mahal but we can not trace back the time ---- Yeremia sudah mati.

Alkitab yang kita gunakan terdiri P.L. dan P.B. dari manakah istilah P.B.? Yeremia. Baca Yer.31:31-34 dan bandingkan dengan Ibr.8:8 dan seterusnya: terjemahan lain, karena mereka berani mengingkari janji mereka denganKu, maka Aku tidak lagi peduli pada mereka. Kutipan Yer.31 ini diambil dari Septuaginta, sebab itu ada istilah-istilah yang sedikit berbeda, tapi maknanya tetap sama. Mengapa perlu P.B.? Karena P.L. telah diingkari oleh manusia. Banyak orang ketika sakit berjanji kepada Tuhan, tetapi setelah sembuh, dia melupakan janji itu sama sekali.

Itu sebabnya, Pengkhotbah menuliskan: Tuhan di sorga, kamu di bumi, jangan banyak bicara. Jika kau sudah berjanji kepada Tuhan, jangan sekali-kali kau melupakannya. Alkitab berbahasa Indonesia menuliskan, karena nenek moyangmu mengingkari janjinya kepadaKu maka Aku menolak mereka atau terjemahan lain: Aku tidak lagi peduli pada mereka. Aku menetapkan perjanjian baru.

Perjanjian Baru adalah perjanjian yang bagaimana? Empat ciri khas P.B.:
1. Bersifat spiritual bukan dokumental.
Tuhan tidak menulis janjiNya di atas sehelai kertas melainkan di dalam hati kita. Mengapa dunia ini membutuhkan hukum yang tertulis? Bila tidak ada hukum yang tertulis tidak ada dokumen yang bisa dijadikan bukti untuk menghukum orang yang melanggar hukum. Apakah hukum yang tertulis saja sudah cukup? Tidak. Karena bagaimanapun lengkapnya sebuah hukum tertulis, tetap ada celahnya. Maka Tuhan berkata Aku akan menaruhkan perintahKu, TauratKu, hukumKu di dalam hati mereka. Adakah saat kau menikah kau membuat janji tertulis: saat aku menderita sakit pada tengah malam atau dini hari kau harus melayani? Tentu tidak bukan? Karena kasih yang sejati tidak terikat oleh hukum yang berbentuk tulisan, namun langsung keluar dari batin. Tuhan berkata, waktunya sudah tiba. Aku akan mengikat janji dengan P.B.

Sebagaimana kau mencintai anakmu, isterimu, suamimu, meskipun tidak terikat dengan janji yang berbentuk tulisan, pengorbanan yang besar sekalipun rela kau berikan pada mereka; karena kau bersungguh-sungguh mencintai mereka dengan cinta yang sejati, begitu juga P.B., tidak bergantung pada tulisan melainkan kerelaan yang ada di dalam spiritual.

2. Relasi Tuhan dengan kita adalah relasi Bapa dan umatNya. Bukankah Israel yang mendapat sebutan umat Tuhan? Mereka adalah umat Tuhan secara fisik. Tuhan memerintahkan Abraham dan semua keturunannya bersunat, supaya ada tanda janji Tuhan dengan mereka di atas tubuh mereka. Namun orang Kristen di P.B. bukanlah umat Tuhan secara fisik, itu sebabnya kita tidak perlu disunat. Baca Kis.15, kita yang di P.B. menjadi umat Tuhan melalui diperanakkan pula oleh Roh Kudus.

3. Mengerti kebenaran. Ini merupakan hal yang penting sekali. Karena kebenaran harus dimengerti secara rohaniah bukan jasmaniah. Anak-anak pintar selalu memandang mata papanya, papanya melirik sedikit saja dia sudah tahu apa yang papa-nya kehendaki. Suatu pengertian yang otomatis, spiritual, instingtif, bukan pengertian yang diajarkan. Baca ay.11. Apa artinya? Roh Kudus akan memimpin gereja masuk ke dalam segala kebenaran. Kalimat ini pernah diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri sebelum Dia naik ke atas kayu salib (Yoh.14-16), waktu Dia memberikan pengajaran tentang Pneumatology. Di 1Yoh.5 juga dikatakan, kamu tidak perlu mendapatkan pengajaran dari siapapun, karena urapan Roh akan memberi pengertian ke dalam hatimu. Itulah sebabnya ada orang yang mengutip kalimat itu dan berkata, kita tidak perlu belajar teologia atau doktrin, semua orang akan tahu semua itu secara otomatis. Ini adalah miss use and miss interpretation of the text.

4. Memberikan the true forgiveness and the true redemption according to the original planning of God in heaven.
P.B. adalah perjanjian yang langsung mempunyai kaitan dengan penebusan, pengampunan dosa, pembersihan jiwa. Bukankah gereja sudah menikmati keempat hal ini? Tuhan adalah Tuhan yang hidup, Dia memberikan P.L. kepada orang Israel agar mereka keluar dari Mesir, sekarang Dia memberikan P.B. agar orang dunia keluar dari dosa. Karena P.B. sudah datang maka P.L. akan berlalu. Itulah proklamasi penulis Ibrani yang begitu berani. Baca ay.l3.
Kiranya Tuhan memberi kita perasaan syukur, mau berpegang sungguh pada P.B. yang sudah kita nikmati.
(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)

No comments: