Humor Seputar Pendeta.

Hati yang gembira adalah obat.


Kapan Adam kesulitan bernapas?
Sebelum "Hawa" diciptakan.


Nasihat Pendeta

Category:Humor Alkitab
Seorang pemuda yang akan berangkat ke ladang misi pamit pada Pendetanya.
"Pa, minta doa. Besok saya akan pergi ke ladang misi," katanya.

"Pergilah, Nak. Hati-hatilah di negeri orang, kau harus pandai bergaul, supaya banyak menenangkan jiwa."

"Bagaimana resepnya, Pa?"

"Ya, jika kau bertemu dengan tukang tahu, bicaralah soal tahu. Jika bertemu dengan tukang lontong, bicaralah soal lontong, dan jika bertemu dengan tukang sayur, bicaralah soal sayur."

"Bagaimana, jika bertemu dengan ketiganya, Bapa?"

"Ya, bicara saja soal gado-gado, Nak.."

=========================================================
Berapa Yang Dipersembahkan

Seorang Pendeta Protestan, seorang Pastor Katolik, dan seorang Rabi Yahudi sedang ber-bincang² mengenai seberapa besar sebenarnya uang persembahan jemaat yang harus dipersembahkan untuk Tuhan. Dan berapa besar yang harus mereka pakai untuk keperluan mereka.

"Mula² kami menarik garis lurus di tanah. Kemudian semua uang kami hamburkan ke atas. Yang jatuh di sebelah kiri untuk Tuhan, dan yang jatuh di sebelah kanan untuk kami," kata Pendeta Protestan.

"Cara kami sedikit lain. Kami membuat lingkaran di tanah. Kemudian semua uang persembahan kami hamburkan ke atas. Yang jatuh di dalam lingkaran untuk Tuhan. Dan yang jatuh di luar lingkaran untuk kami," jelas Pastor Katolik

"Cara kami lain lagi. Kami tak perlu menarik garis atau membuat lingkaran di tanah. Semua uang persembahan kami hamburkan ke atas. Dan biarlah Tuhan menahan bagianNya, dan sisanya yang jatuh ke tanah untuk kami," kata Rabi Yahudi.
=================================================
Pendeta dan Singa sama sama berdoa pada Tuhan

Seorang pendeta baru saja selesai memberitakan injil di desa sebelah. Dalam perjalanan pulang, karena hari sudah hampir malam, ia pun nekat untuk mengambil jalan pintas, melewati hutan belantara.

Di tengah hutan, ia bertemu seekor Singa yang kelihatannya sangat lapar. Ia pun berlutut dan berdoa, "Tuhan, tolong tutuplah mulut Singa ini, agar dia tidak bisa menerkam aku".

Ketika selesai berdoa, ia melihat sang Singa juga sedang berdoa. Sang Pendeta pun mengucap syukur,
"Oh, Tuhan, terima kasih. Kau telah memberiku seekor Singa yang baik". Sang Singa pun lalu berkata,

"Betulll !!!, aku adalah Singa yang baik. Aku selalu berdoa mengucap syukur sebelum menyantap makananku".

===============================================================
Melarikan Diri Dari Medan Cari Abang Hutabarat ke Jakarta

Si Ucok nekad melarikan diri dari Medan menyusul abangnya yang tinggal di Jakarta. Turun dari Priok, si Ucok langsung diterima oleh oplet omprengan yang siap mengantar ke seluruh pelosok Jakarta.

Setengah jam berikutnya, satu persatu penumpang oplet omprengan itu pun mulai menyebutkan alamat mana yang ditujunya. Yang paling awal adalah seorang bapak
yang berteriak, "S. Parman, Bang.".....Tak lama kemudian si abang oplet pun
menghentikan kendaraannya, lalu bapak tersebut pun turun.

Setelah oplet berjalan beberapa saat, seorang penumpang menyebut, "MT Haryono, Bang."......Dan sopir itu pun menggangguk, lalu tak lama kemudian oplet pun berhenti dan penumpang itu turun.

Oplet berjalan lagi. Seorang menyebut nama lagi, "DI Panjaitan, Bang." ......"Iya," jawab sopir oplet sambil meminggirkan kendaraannya. Lalu orang itu pun
turun sambil membayar ongkosnya.

Dan kini tinggal si Ucok saja yang ada di oplet itu. Maka tanya sopir, "Mau kemana, Mas?"

"Hutabarat sebelah mana, ya, Bang?," tanya balik sopir oplet.

"Hutabarat yang mana? Hutabarat, abang aku," jawab Ucok dengan polosnya.

"Lhaaa, mana gue tahu?," kata si sopir oplet dengan herannya.

"Bah! Abang ini bagaimana. Haryono kau tahu, S. Parman kau tahu, Panjaitan pun kau tahu. Masa sih rumah abangku kau tak tahu. Bagaimana kau ini, Bang??!!"

No comments: