Pada awal abad ke-16, banyak misionaris yang berasal dari Amerika
dan Eropa diutus ke negeri Cina. Pada Tahun 1987, terjadi bentrokan
antara Perkumpulan Pedang Besar dengan umat Kristen sehingga jatuh
dua korban jiwa berkebangsaan Jerman, dan berakibat didudukinya kota
pelabuhan Kiao Chou oleh Jerman. Kemudian pemimpin dari Perkumpulan
Pedang Besar mengganti nama perkumpulannya menjadi Tinju Keadilan
dan Keserasian, dengan slogannya yang berbunyi "Lindungi Qing,
bantai orang asing".
Peristiwa inilah yang kemudian memicu terjadinya pemberontakan
anti orang asing yang terkenal dengan nama Pemberontakan Boxer di
Cina. Pada masa ini, banyak orang Kristen yang mati syahid. Namun
demikian, Allah menggerakkan para pekerja-Nya yang juga berasal dari
negara Cina itu sendiri. Banyak pemberita Injil lokal yang bangkit
memerluas berita Injil, salah satu di antaranya adalah Watchman Nee.
Watchman Nee lahir pada tanggal 4 November 1903 di Foochow, tenggara
Cina. Ibunya yang bernama Piece Lin sudah memiliki dua anak
perempuan saat mengandung Watchman Nee. Saat itu dalam tradisi Cina,
anak laki-laki lebih disukai dibandingkan anak perempuan. Oleh
karena itu, timbul kekuatiran dalam hati Piece Lin, kalau-kalau anak
ketiganya ini adalah anak perempuan lagi. Ditambah lagi, banyak
orang yang mengatakan kepadanya bahwa ia akan mengalami hal yang
sama dengan saudara perempuan suaminya, yang melahirkan enam anak
perempuan. Oleh karena itu, Piece Lin berdoa kepada Tuhan, kalau ia
memunyai anak laki-laki, maka ia akan memersembahkannya kepada
Tuhan. Doanya pun dikabulkan oleh Tuhan dan ia melahirkan seorang
anak laki-laki yang diberi nama Henry Nee.
Akhirnya keluarga Nee Weng Shiu, ayah Henry Nee, dikaruniai oleh
Tuhan empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.
Sebelum mengalami kelahiran baru, Henry Nee adalah seorang anak yang
berkelakuan buruk, namun demikian ia adalah seorang anak yang
cerdas. Ia selalu menduduki peringkat pertama mulai dari sekolah
dasar sampai saat ia bersekolah di Anglican Trinity College di
Foochow.
Ia mulai menaruh perhatian serius terhadap kekristenan pada saat ia
melihat perubahan hidup ibunya yang sungguh-sungguh mengalami
kelahiran baru. Ia mulai menghadiri kebaktian yang dipimpin oleh
Dora Yu, seorang wanita yang melepaskan kariernya sebagai seorang
dokter dan menjadi seorang penginjil. Ia mulai mengalami pergumulan
batin karena ada konflik dalam pikirannya antara mengikut Tuhan atau
membina kariernya.
Akhirnya pada tanggal 29 April 1920, ia memperoleh kemenangan
rohani, bertobat, dan mau mengikut Tuhan seumur hidupnya. Dan sesuai
dengan tradisi bangsa Cina untuk memilih nama baru sesudah mengalami
perubahan dalam hidupnya, ia mengganti namanya dari Henry Nee
menjadi Nee To-Sheng (giring-giring penjaga) atau dalam bahasa
Inggrisnya Watchman Nee. Ia memilih nama ini karena menganggap
dirinya sebagai seorang penjaga yang memberi tanda dan panggilan di
tengah kegelapan malam.
Diperlengkapi dan Dilatih Oleh Tuhan
Watchman Nee tidak pernah belajar di sekolah teologi. Wawasan iman
dan teologinya ia peroleh dengan membaca bacaan-bacaan rohani yang
ia dapat dari Margaret Barber, seorang misionaris Anglican.
Buku-buku rohani yang ia baca, antara lain Pilgrim's Progress karya
John Bunyan, Biografi Hudson Taylor dan Madame Guyon, The Spirit of
Christ karya Andrew Murray, Autobiografi George Muller, Church
History karya John Foxe, dan sebagainya. Ia benar-benar seseorang
yang tekun menggali firman Tuhan.
Pada masa-masa awal pelayanannya, ia membagi uang yang ia dapat
menjadi 1/3 untuk kebutuhan pribadinya, 1/3 untuk membantu
sesamanya, dan sisanya untuk membeli buku-buku rohani. Ia memeroleh
lebih dari tiga ribu buku Kristen yang bermutu, termasuk karya-karya
tulis orang-orang Kristen pada abad pertama.
Persekutuannya dengan Barber mengilhaminya untuk tetap setia dengan
radikal terhadap salib dan mengobarkan semangatnya terhadap firman
Tuhan. Setelah itu, persahabatannya dengan Miss Barber dan biografi
Hudson Taylor yang ia baca, memengaruhi hubungannya dengan uang. Ia
mengetahui komitmen Taylor yang hanya menceritakan kebutuhan
finansialnya kepada Tuhan saja. Ia juga melihat Barber hidup dengan
prinsip tersebut. Ia amat terkesan dengan cara-cara yang Tuhan
lakukan untuk mencukupkan kebutuhan finansial Barber. Hal ini
membuatnya semakin bertekad untuk menyerahkan segala kebutuhan
hidupnya kepada Tuhan.
Setelah bertobat, ia mulai terbeban untuk memberitakan Injil kepada
teman-teman di sekolahnya. Ia menulis nama tujuh puluh temannya dan
secara teratur mendoakan mereka satu persatu setiap hari. Dalam
beberapa bulan, hanya satu dari antara mereka yang tidak mengalami
kelahiran baru! Mereka mulai mengadakan persekutuan doa di kapel
Trinity dan persekutuan ini terus berkembang hingga meluber sampai
ke jalanan di Foochow. Mereka juga kerap membagikan brosur yang
berisi berita mengenai jalan keselamatan kepada orang-orang yang
mereka temui di jalan. Setelah Pemberontakan Boxer, timbul gerakan
anti Kristen (kebencian bersifat politik yang berkembang di Cina
terhadap segala hal yang berbau Barat). Banyak pemimpin gereja yang
mendapat tekanan dari pemerintah Cina agar berkompromi dalam
beberapa hal.
Dengan demikian, Watchman Nee yang dicap sebagai pengkhotbah
"radikal" mulai disingkirkan oleh rekan-rekan pelayanannya. Karena
kecewa, ia pindah ke Ma-hsien, sebuah desa nelayan yang tidak jauh
dari misi Barber. Di sini, ia terus mempelajari firman Tuhan secara
lebih mendalam. Watchman Nee melihat banyak kaum muda yang yang haus
dan lapar akan firman Tuhan karena kondisi gereja telah berubah
menjadi menjadi sekularisme agama yang suam dan melumpuhkan gerakan
Roh Kudus. Ditambah lagi dengan perasaan anti barat, anti Kristen,
dan semangat nasionalisme menguasai banyak rakyat Cina.
Pemahamannya yang mendalam terhadap firman Tuhan membuatnya semakin
teguh meresponi panggilan Tuhan. Ia bertekad untuk terus
memberitakan Injil dan mendirikan gereja-gereja lokal yang memiliki
pemahaman yang benar terhadap Injil.
Tahun pertama dari sebelas tahun masa pelayanannya dimulai dengan
deraan penyakit TBC yang parah (tahun 1922). Dokter bahkan telah
memvonis bahwa ia hanya akan bertahan hidup selama enam bulan saja.
Melihat kondisinya yang parah, teman-temannya membawanya ke tempat
misi Barber agar memeroleh perawatan. Meskipun sedang sakit parah,
ia tidak mau menyerah. Perlahan-lahan, ia berhasil menyelesaikan
bukunya yang berjudul manusia rohani. Sakitnya kian bertambah parah,
namun firman Tuhan di dalam 2 Korintus 1:2; "Dengan iman kamu
berdiri teguh" dan Markus 9:23; "Tidak ada yang mustahil bagi
Allah", muncul dengan jelas dalam pikirannya. Ia lalu bangkit dari
tempat tidurnya dan berjalan menuju rumah sahabatnya. Setiap
langkah, ia berseru, "Berjalan dengan iman; berjalan dengan iman!"
Saat itulah Tuhan menyembuhkannya secara ajaib.
Setelah kesehatannya pulih kembali, ia memutuskan untuk memindahkan
pusat pelayanannya ke kota Shanghai. Di kota ini, ia mulai merintis
pendirian gereja lokal di Hardoon Road. Gereja ini mulai bertumbuh,
dan dalam waktu singkat menjadi pembicaraan orang dari seluruh
pelosok provinsi, bahkan sampai ke Inggris. Charles Barlow, salah
seorang anggota London Group of Brethen, berkunjung ke Shanghai.
Laporannya tentang kehidupan rohani dan perkembangan gereja di
Hardoon Road membuat Group of Brethren, London, mengirim satu tim
menuju gereja tersebut. Mereka mengundang Watchman Nee untuk datang
ke Inggris. Nee menyanggupinya, dan pada usia tiga puluh tahun ia
meninggalkan Cina dan menuju Inggris.
Tanggal 19 Oktober 1934, Watchman Nee menikah dengan gadis
idamannya, Charity Chang. Namun bibi Charity di Shanghai, melalui
surat kabar nasional, menyerang karakter Watchman Nee. Ia dituduh
melakukan transaksi yang curang dengan para investor asing. Hal ini
memberikan kesempatan kepada "musuh-musuh" Watchman Nee untuk
membagi-bagikan artikel yang menyerang pribadi Watchman Nee. Ia
sempat mengalami depresi, namun dukungan teman-teman setianya dan
pertolongan Roh Kudus membuat ia bangkit kembali.
Bersama rekan-rekannya, ia lalu mencurahkan waktu untuk merintis
jemaat lokal. Pada tahun 1937, ia diundang untuk memberitakan Injil
di Manila.
Pada saat yang bersamaan, Jepang mulai menduduki Cina. Bersama
istrinya, Watchman Nee bergegas menuju Hong Kong, yang merupakan
lokasi tempat tinggal orang tua Watchman Nee. Di Hong Kong, ia
berjumpa dengan rekan-rekan misionaris yang memintanya datang lagi
ke Inggris. Selama empat bulan di Inggris, ia memberikan pelayanan
pengajaran dan penulisan buku-buku rohani. Ia kembali mengalami
dukacita saat menerima surat dari istrinya, yang memberitahukan
bahwa kandungannya mengalami keguguran. Ia ingin segera kembali ke
Cina, namun perang Sino-Jepang memaksanya tinggal lebih lama.
Tahun 1941, Jepang kembali melancarkan serangan hebat terhadap kota
Shanghai. Gereja di Shanghai mengalami kondisi yang buruk saat
Jepang akan menyerang Hong Kong, Watchman Nee menerima kabar
kematian ayahnya dan kembali ke Hong Kong untuk mengatur upacara
pemakaman ayahnya. Saat kembali ke Shanghai, ia mengalami krisis
keuangan yang sangat parah, namun Tuhan senantiasa menolongnya.
Watchman Nee menerima bantuan dari sumber-sumber yang tidak terduga.
Sebagian bantuan berasal dari orang-orang Kristen di Inggris.
Saudara Watchman Nee, George, memintanya untuk menjadi mitra dalam
mendirikan pabrik farmasi. Awal tahun 1942, pabrik tersebut pun
didirikan. Banyak rekan kerja Watchman Nee yang bekerja paruh waktu
di pabrik tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pelayanan
mereka. Keputusan Watchman Nee untuk bertindak seperti Rasul Paulus
yang melayani dan bekerja sendiri, membuat rekan-rekannya yang
berpikiran sempit melarangnya untuk berkhotbah di gereja. Ia
kemudian memindahkan pabriknya ke Chungking. Di sana, ia membuka
pelatihan bagi hamba-hamba Tuhan yang berasal dari kaum awam.
Bisnisnya amat berhasil, tetapi Watchman Nee tetap meluangkan waktu
menjadi penginjil keliling. Atas usaha Witness Lee, para penatua di
Shanghai sadar akan kelakuan mereka yang tidak terpuji terhadap
Watchman Nee. Mereka kemudian mengundang Watchman Nee untuk memimpin
sebuah konferensi Alkitab di Hardoon Road. Lebih dari 1.500 orang
hadir untuk mendengarkan gembala mereka menyampaikan firman Tuhan.
Tanggal 31 Januari 1949, Tentara Pembebasan Rakyat pimpinan Mao Tse
Tung memasuki Beijing. Ini adalah langkah awal berkuasanya kaum
Komunis di Cina. Setelah Komunis berkuasa, Chou En-Lai yang menjabat
sebagai perdana menteri, mengumpulkan para pemimpin gereja dan
menerbitkan "Christian Manifesto for the Protestant Churches" yang
berisi prinsip-prinsip gerakan kekristenan baru. Sejak saat itu,
gereja mulai terikat akan peraturan-peraturan Komunisme.
21 April 1951, ribuan cendekiawan Shanghai mulai ditangkap. Pada
tanggal 10 April 1952, giliran Watchman Nee yang ditangkap. Ia
dituduh melanggar dan menentang "Tiga Gerakan Reformasi Diri Gereja
Kristen". Ia mulai mengalami aniaya yang berat, sementara itu
istrinya mengalami tekanan batin dan nyaris mengalami kebutaan
akibat penyakit darah tinggi yang dideritanya. Ia menjalani
perawatan dan berada di bawah pengawasan polisi. Watchman Nee sudah
menjalani hukuman selama lima belas tahun, namun masih ditambah lima
tahun lagi. Charity Chang, istrinya telah dibebaskan dengan kondisi
kesehatan yang buruk dan menanti kepulangan suaminya di Shanghai.
Namun hanya enam bulan menjelang tanggal pembebasan suaminya, ia
terjatuh dan mengalami luka-luka parah yang mengakibatkan ia
meninggal dunia. Ini membuat duka yang mendalam bagi Watchman Nee.
Selama berada di penjara, ia ditugaskan menerjemahkan buku-buku ilmu
pengetahuan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Cina.
Tanggal 12 April 1972, Watchman Nee menyelesaikan masa hukumannya,
tetapi ia masih belum dibebaskan. Akhirnya, pada tanggal 1 Juni
1972, Watchman Nee meninggal dunia dalam penderitaan dan kesendirian
karena mengalami sakit jantung yang kronis ditambah dengan siksaan
yang ia alami. Kemudian, jazadnya pun dikremasi. Saudara perempuan
istrinya yang tertua menerima kabar kematiannya dan meminta abu
jenazah Watchman Nee dikuburkan bersama dengan istrinya di Kwanchao,
kota Haining di provinsi Chekiang.
Watchman Nee telah tiada. Ia kini berada di surga dengan Allah Bapa
dan mengalami sukacita kekal. Selama pelayanannya, diperkirakan ada
kurang lebih empat ratus gereja lokal yang dirintis dan didirikan
olehnya. Lebih dari tiga puluh gereja lokal berdiri melalui
pelayanannya di Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, dan
Indonesia. Hari ini Tuhan berkarya melalui gereja-gereja tersebut
dan berkembang menjadi lebih dari 2300 gereja di seluruh dunia.
Daftar Pustaka:
1. Kesaksian Watchman Nee. Bahan-bahan yang dikumpulkan oleh Kwang
Hsi Weigh, Yayasan Perpustakaan InjiI, Surabaya 1974.
2. Watchman Nee Hamba Tuhan Yang Menderita, Adonai Publishing, 2000.
3. www.Watchmannee.org/life-ministry.html
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: Cahaya Buana, Edisi 93, Tahun 2003
Judul asli artikel: Watchman Nee
Penulis: Tidak Dicantumkan
Penerbit: Komisi Literatur GKT III, Malang 2003
Halaman: 11 -- 13
1 comment:
MENGUNDANGMU KE BLOG SAYA
http://islamexpose.blogspot.com
atau ke forum seru di
http://www.indonesia.faithfreedom.org
GBU
Post a Comment