Pdt.F.H.Saerang: Sikap dan Tanggung Jawab Gereja Menghadapi Tantangan Globalisasi


Sikap dan Tanggung Jawab Gereja Menghadapi Tantangan Globalisasi

Globalisasi sebagai ciri khusus abad 21 tak dapat lagi ditampik dan dihindari di sini dan dimana saja di seluruh muka bumi. Bagi gereja situasi ini membawa dampak ganda. Disatu sisi merupakan berkat besar, disisi lain juga membawa beban berat. Berkat dan beban itulah yang membuat sikap dan tanggung jawab gereja menjadi sangat penting.
Sesungguhnya gerakan ini tidak banyak mengejutkan para peneliti Alkitab yang setia. Karena nubuatan Firman Allah sangat jelas mengungkapkan bahwa menjelang fajar kerajaan Shalom tiba di bumi ini, hampir semua aspek kehidupan manusia menglobal. Diawali dengan suatu sistem kepercayaan/agama dan politik global (Wahyu 13, 17), diikuti dengan sistem ekonomi global (Wahyu 18), krisis universal dan diakhiri dengan kedatangan Raja Universal (Raja diatas segala raja) sebagai Hakim dan Raja yang membawa damai global (Wahyu 19). Kerajaan damai sejahtera yang "adil dan makmur" meliputi seluruh dunia didirikan (Wahyu 20); yang paling akhir dari segalanya, gereja memasuki langit dan bumi baru, surga yang penuh kebahagiaan total, global dan kekal (Wahyu 21 dan 22). Menyadari kenyataan ini, gereja harus bangkit guna menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai lembaga Illahi yang telah didirikan Allah. Perhatikan Matius 16:18; Matius 28:18-20. Kita jangan hanya mau berkatnya saja tapi juga bersedia dan menggumuli beban yang dipercayakan Tuhan. Pendekatan dan cara penanganannya bisa berubah-ubah tetapi tujuan dan eksistensi gereja tidak berubah sama sekali.

Penulis mencoba mengemukakan beberapa pokok pikiran yang dapat kita simak dan pelajari bersama.

I. Tujuan Eksistensi Gereja.

Gereja dihadirkan Tuhan didunia ini untuk tujuan tertentu. Tujuan itu terkandung khusus dalam garis besar program kerja Allah dalam bentuk perjanjian sentral (Abrahamic Covenant), Kejadian 12 : 1-3. Hampir semua bagian central dan unilateral itu berhubungan dengan berkat bagi umat pilihan Allah yang lama (Israel), lalu kemudian pada bagian terakhir berhubungan dengan berkat bagi dunia ini. Melalui Abrahan dan keturunannya , Tuhan berjanji memberkati dunia ini (Kejadian 12:3b). Umat Israel menikmati berkat mereka sepuas-puasnya, namun mengabaikan program total penyelamatan umat manusia, termasuk non Israel. Akhirnya Allah membentuk umat pilihanNya yang baru, Ia namakan Eklesia (Matius 16:18) atau Keluarga Allah.(Efesus 2:19-20), yang lebih dikenal dengan nama gereja. Tujuan eksistensi gereja itu adalah agar ia menjadi sarana tunggal bagi program penyelamatan manusia yang sesat melalui program Allah dalam Yesus Kristus yang mati dan bangkit dari antara orang mati.

Juruselamat dunia mengingatkan Eklesia (baca gereja), disaat proses pembentukkannya sebelum ia (gereja) melaksanakan misi penyelamatan itu, di Kalvari bahwa, "Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawanya sebagai tebusan ganti orang banyak." (Matius 20:28; Markus 10:45). Dua hal penting yang dibicarakan Yesus disini, yaitu melayani Tuhan dan menerima kematian Yesus sebagai penebusan dosa. Kata "dan" pada anak kalimat kedua dapat berarti "bahkan" atau "sama dengan" atau "yang artinya" . Jadi seluruh kalimat kedua berbunyi , "bahkan memberikan nyawaNya sebagai tebusan ganti orang banyak." Kata "bahkan" menunjukkan bahwa meskipun melayani Tuhan dalam bidang apapun itu penting, namun menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi lebih penting lagi. Jadi gerakan pemberitaan Injil adalah tugas dan tanggungjawab terpenting/terutama dari gereja. Inilah tujuan eksistensi dari Eklesia Allah.

Sebelum Ia naik ke surga, Tuhan yang adalah kepala gereja menegaskan agar tugas pemberitaan Injil keselamatan dalam diriNya menjadi program utama agenda gereja (Matius 28:18-20; Markus 10:15; Lukas 24:44-48; Yohanes 20:21, Kisah 1:8), "semua bangsa" (Matius 28:19), "akhir zaman" (Matius 28:20), "segala makhluk (Markus 16:5), dan "sampai keujung bumi" (Kisah 1:8) adalah bermakna GLOBALISASI INJIL.

Tugas dan tanggungjawab ini yang terpenting bagi gereja di segala abad, di segala tempat, di setiap budaya. Inilah unsur yang membuat gereja beda dan unik. Dan tak ayal lagi bahwa globalisasi akan sangat menunjang realisasi misi. Para missiolog menamakannya Mandat Illahi Pembaruan atau Mandat Rohaniah. Memang sulit, tetapi bersama Tuhan pasti berhasil.

II. Tugas Kewarganegaraan Umat.

Anak-anak Allah adalah warga negara dua kerajaan; yaitu Kerajaan Allah dan Kerajaan di Dunia ini (Filipi 3:20-21). itulah sebabnya kita mengemban Mandat Illahi ganda. Yang pertama , Mandat Illahi Pembaruan, yang dipercayakan Allah kepada gerejaNya (dijelaskan diatas). Yang kedua, Mandat Illahi Pembangunan; yang dipercayakan Allah kepada semua insan, termasuk didalamnya orang-orang percaya. Kita adalah warga gereja yang sekaligus warga masyarakat Republik Indonesia, bertanggung jawab melaksanakan Mandat Illahi Pembangunan negara tercinta ini.

Ayat-ayat dalam Filipi diatas menegaskan bahwa tugas dan tanggung jawab gereja ialah sementara mempersiapkan manusia dengan hakekat dan kehidupan baru untuk memasuki Kerajaan Damai (Yohanes 3:3,5), juga harus terus dengan tekun menjalankan tugas pembangunan bangsa. Istilah kewarganegaraan dalam dua nats diatas dalam bahasa Yunani dipakai kata Poleteo , yang ditranslitasikan dari bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia dengan kata politik. Dalam hal ini tugas pembangunan di sisi sosial, ekonomi, politik dan budaya adalah tugas tetap manusia sepanjang masa, sampai memasuki era globalisasi abad XXI.

Mandat Illahi Pembangunan (fisik) ini merupakan mandat dari Allah kepada manusia sebagai masyarakat apapun agamanya, untuk menjadikan bumi ini sebagai tempat yang baik untuk dihuni. Usahanya ditujukan kepada perbaikan kultur secara kuantitatif maupun kualitatif agar manusia dapat hidup dalam keadaan sehat sesuai sistem moral dan maksud luhur sang pencipta. Didalamnya manusia memperoleh keuntungan dan Allah dipermuliakan. Sarana bagi Mandat Illahi Pembangunan ini adalah negara ataupun perkumpulan-perkumpulan masyarakat atau bangsa-bangsa.

Dasar-dasar Alkitab mengenai mandat kultural ini disampaikan pada masa pradosa di taman Eden. (Kejadian 1:28) dan 2:15). Di sana Allah berfirman agar bumi dihuni, dipenuhi, ditaklukkan, dikuasai, dikerjakan, dan dipelihara sebagai tempat tinggal yang baik. Sesudah kejatuhan manusia kedalam dosa, tanggung jawab manusia diperbesar lagi. Ini ternyata dari Firman Allah kepada Nuh sesudah air bah (Kejadian 8:15; 9:17), dan seruan kepada para nabi lainnya.

Tuhan Yesus dan Paulus mempertegas pernyataan bahwa tanggung jawab ini dipercayakan kepada para pemerintah di semua negara di dunia ini tanpa ada perbedaaan.(Matius 22:21; Roma 13:1-7; Lukas 20:25; Markus 12:7). Semua jajaran pemerintahan dunia ini yaitu, raja-raja, presiden-presiden, para menteri, anggota MPR-DPR, kongres-kongres, senat, para gubernur, para walkota, para bupati, para camat, lurah, kepala desa dan berjuta-juta pegawai pemerintahan dalam menjalankan tugas, pada hakekatnya sedang menjalankan tugas/mandat ini (Roma 13:17). Dilengkapi dengan partisipasi masyarakat, pajak-pajak, sumbangan sukarela, sumbangan ilmu pengetahuan, moral, mental, material dan lain lain, menggambarkan bahwa barangkali 99% seluruh potensi dan personal yang ada di dunia ini sedang dicurahkan bagi suksesnya mandat ini.

Teologi Alkitabiah menerima Mandat Illahi Pembangunan ini sebagai buah iman, sekaligus sebagai sarana penginjilan. Meskipun ini penting namun nilainya temporal; kecuali bila dikawinkan dengan Mandat Illahi Rohaniah yang bersifat kekal itu.

Pada akhirnya, sasarannya ialah Tuhan Allah pencipta langit dan bumi; Allah Abraham, Ishak dan Yakub; Tuhan Yesus Kristus dipermuliakan.

III. Tujuh Dosa Modern.

Keluarga Allah yang hidup dalam dunia modern dan era globalisasi, disamping harus memahami situasi dimana ia hidup, haruslah juga membiasakan dirinya dengan isu-isu yang dihadapi oleh orang-orang Kristen diseluruh dunia. Stephen Covey, pakar teori persepsi dan manajemen, dalam bukunya "Principle-Centered Leadership" mengemukakan 7 dosa maut dari pemimpin masa kini; yang disinyalir telah pula merembes kedalam tubuh gereja:

1. Kaya tanpa kerja
2. Hiburan tanpa hati nurani
3. Pengetahuan tanpa karakter
4. Perdagangan/Bisnis tanpa moralitas/etika
5. Iptek tanpa kemanusiaan
6. Agama tanpa pengorbanan
7. Politik tanpa prinsip.

Jenis kepemimpinan yang bagaimanakah yang dibutuhkan oleh gereja/seorang hamba Allah masa kini untuk menghindarkan diri dari kekeliruan-kekeliruan fatal untuk memimpin umat sehingga mereka tidak jatuh kedalam pencobaan-pencobaan itu? (Yehezkiel 34:1-7).

Substansi pelayanan gereja harus berpusat pada bagaimana menangkal dosa-dosa tersebut. Mendeteksi, menganalisis dan memahami dahsyatnya pengaruh dosa itu adalah tak sesukar mencegah dan mengobati penyakit dosa-dosa itu. Bila hal ini diabaikan, kemungkinan besar gereja tidak relevan lagi dalam abad yang baru karena tidak mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh umat dan bangsa.

Tuhan Allah memberikan pola kepemimpinan dan pengayoman yang perlu kita teladani dalam gereja masa kini (Yehezkiel 34:11-16 dan Yohanes 10:1-17) sehingga gereja boleh berdiri cemerlang secara global didepan masa-masa yang sukar di akhir zaman ini. (Wahyu 12:1-6). Untuk itu ditengah-tengah isu-isu global yang mengancam martabat dan moral bangsa serta gereja, kita harus tampil sebagai pemimpin dan gereja yang: a) Tetap berdiri teguh diatas kebenaran Firman Allah, b) Memiliki visi Allah bagi zamannya, c) Kerja keras, d) Tahan uji, e) Mengutamakan pelayanan, f) Berdisiplin kuat.

IV. Teknologi Canggih.

John Naisbitt dan partnernya, futuris sekular masa kini dalam bukunya "Megatrend 200", menyadarkan para ilmuwan dan teknokrat/negarawan bahwa kita sedang hidup dalam satu dunia yang sedang mengalami perubahan-perubahan secara cepat disegala bidang kehidupan. Persiapan yang direncanakan secara teliti sangatlah dibutuhkan untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan yang cepat itu adalah:

Dari Ke
Masyarakat Industri ==> Masyarakat Informasi
Teknologi Tenaga ==>Teknologi Sentuhan/Digital
Ekonomi Nasional==> Ekonomi Global
Jangka Pendek ==>Jangka Panjang
Sentralisasi ==>Desentralisasi
Demokrasi Institusi ==>Demokrasi Partisipasi
Utara==> Selatan
Hirarki ==>Sistem Jaringan
Satu Pilihan ==>Banyak Pilihan

Disini kita dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan. Penyesuaian diri itu berkenaan dengan pola struktur dan pendekatan demi relevansinya dalam konteks kemajuan zaman. Namun penyesuaian ini dijaga agar tidak mempengaruhi tujuan eksistensi maupun hakekat gereja itu sendiri. Karena apabila tujuan dan hakekat itu hilang, maka gereja tak ubahnya sebagai suatu organisasi sosial yang tanpa Roh. Daniel 12:4b; Filipi 3:15-16; Ibrani 6:1; Wahyu 3:17-19; Efesus 4:12-16.

V. Modernisasi.

Intensitas modernisasi yang sedang merebak di Tanah Air akan diperkuat dan dipercepat realisasinya oleh arus globalisasi, karena memang teman dekat globalisasi adalah modernisasi. Kata modernisasi berasal dari kata bahasa Inggris (modernization) yang pengertian menurut kamus "Webster Dictionary" berarti "menjadikan modern" yaitu menyesuaikan diri dengan pemakaian gaya atau selera masa kini.

Jadi kegiatan modernisasi disini melibatkan dua hal. Yaitu adanya suatu proses dan suatu penyesuaian. Proses dan penyesuaian pasti melibatkan perubahan. Pertanyaan yang perlu digumuli ialah seberapa jauh/dalam perubahan itu terjadi; kearah manakah perubahan itu bergerak; dan bentuk masyarakat apakah sebagai akibat proses penyesuaian itu.? Perubahan bisa merupakan pergantian bentuk dan nilai baru; atau pinjaman unsur-unsur kebudayaan lain; atau penempatan nilai baru dalam wadah lama; dan atau inovasi bentuk dan ide baru sebagai kreasi asli dalam masyarakat itu sendiri.

Artinya bahwa perubahan yang tak ada hentinya merupakan ciri khas masyarakat modern. Perubahan tersebut membawa berbagai dampak, positif maupun negatif.

Terlebih dahulu haruslah dikatakan bahwa modernisasi itu sendiri bukanlah hal yang negatif. Tujuannya baik. Yaitu pengolahan bumi dan isinya bagi kebaikan umat manusia. Ini yang kita yakini sebagai ajaran Alkitab sejak dari taman Eden (Kejadian 1:28-30) yaitu mandat Illahi Pembangunan. Mandat tersebut dipertajam lagi sampai kelahiran Kerjaan Damai Sejahtera dan Adil Makmur yang akan didirikan Tuhan di bumi.

Namun manusia sebagai pelaku dan pemakai modernisasi itu telah berada dibawah dominasi dosa mutlak. Maka dampak negatif modernisasi muncul tak terelakkan lagi. Kita perlu waspada dan peka terhadap rembesan dampaknya dalam rumah tangga dan gereja.

Dampak negatif pertama adalah Liberalisme yaitu paham yang menekankan kebebasan mutlak dalam segala bidang kehidupan termasuk etika dan politik. Injil keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus yang menjadi harapan dan kekuatan utama dianggap kaku, usang, tidak luas, sehingga diubah dari standard absolut menjadi sekedar norma relatif. Bagi kaum liberal, Alkitab hanya buku tambahan yang mendampingi buku-buku pengetahuan di dunia ini yang penuh kesalahan.

Dampak negatif kedua adalah Individualisme yang menekankan keuntungan perorangan diatas kepentingan dan manfaat bersama. Persaingan tidak sehat bahkan curang dipraktekkan. Eksploitasi, manipulasi, kolusi, korupsi dan lain-lain , merupakan praktek wajar asalkan kepentingan sendiri terpenuhi. Hal-hal ini dibenarkan dengan dalih, manusia adalah mahluk merdeka mutlak . Meskipun kelompok masyarakat seperti ini membela diri bahwa mereka tidak egois , yang jelas ialah saudara kembar individualisme ialah egoisme. Dalam gereja berkembang Teologi Aku, atau Keakuan. Aku yang lebih hebat.

Dampak negatif ketiga adalah Materialisme. Sasaran usaha diarahkan kepada memberi keuntungan materi berlebih apapun cara memperolehnya. Semua kriteria keberhasilan ditakar dari sudut keberhasilan kebendaan dan harta, sedangkan mutu kehidupan rohani diabaikan.

Dampak negatif keempat adalah Pendewaan Manusia (kultus Individu). Ketergantungan pada kemampuan manusia secara berlebihan. Kemajuan dan Ipetk menggoda manusia untuk mengandalkan pribadi-pribadi dan alat-alat modern yang dimilikinya. Hasilnya doa dan mujizat disingkirkan. Persekutuan dan ibadat tidak diperlukan. Kedaulatan Tuhan dilecehkan.

Dampak negatif kelima adalah Eksploitasi Manusia atas Manusia. Kebiasan menghadapi peralatan mesin (komputerisasi), membuat manusia kehilangan penghargaan atas sesamanya. Dari pada memakai barang dan mengasihi sesamanya, manusia modern memakai sesamanya dan mengasihi benda. Nilai manusia ditakar dengan nilai barang atau uang. Manusia berfungsi menjadi separuh manusia dan separuh benda.

Karena itu penginjilan dan pemberitaan Firman Allah yang intensif sangat diperlukan dalam proses modernisasi. Penginjilan/Firman Allah membuahkan manusia baru yang didiami Roh Kudus (1 Korintus 6:19-20) yang berdiri diatas dasar yang kokoh (Matius 16:18; Matius 7:24) yang menyebabkan kita mampu bertahan dalam kondisi yang paling modern sekalipun (Filipi 4:13). Rasul Yohanes berkata: "Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja." (3 Yohanes 1:2).

Kesimpulan Penutup.

Tetapkan Agenda Gereja.

Era globalisasi dapatlah dijemput oleh gereja dan pemimpin-pemimpinnya dengan menetapkan beberapa kegiatan utama yang berprioritas pada:

1. Peningkatan mutu iman umat agar mereka bercahaya dan berdiri teguh diabad baru.
2. Pembinaan pemimpin yang otentik dan relevan yang mampu mempersatukan kualitas rohaniah dan alamiah.
3. Perencanaan yang komprehensif untuk menyelesaikan tugas utama gereja yang merupakan tujuan eksistensinya.
4. Penyesuaian perangkat dan pendekatan agar relevan tapi biblikal.
5. Perubahan bentuk, sistem dan kurikulum pendidikan Teologi dan non Teologi agar terpelihara keseimbangan anatara teori dan praktek serta antara iman dan ilmu.
6. Perjuangan kearah kemandirian Teologi/ ajaran Alkitab.
7. Penemuan struktur kerjasama yang relevan untuk menciptakan persekutuan yang kreatif antara semua komponen dan denominasi gereja yang Alkitabiah.

Ditengah-tengah pergumulan dan tantangan yang kita hadapi umat Tuhan di Indonesia saat-saat ini, mata kita harus tetap menengadah keatas untuk menyadari bahwa perubahan yang cepat sebagai tanda modernisasi sedang bergerak menciptakan arus globalisasi yang sangat kuat, bahwa Tuhan Yesus tidak lama lagi akan datang. Kita justru harus tampil di depan untuk menggapai abad baru yang penuh berkat. Kerja Roh Kudus yang lebih agung dan ajaib telah ada diambang pintu. Gereja pasti menang. Puji Tuhan! (Poso, Sulawesi Tengah-2007).

No comments: